Stock Picks

 

Omicron Sudah Sampai Australia, Awas IHSG Bisa ke Bawah 6.500

Posted on: Monday, November 29, 2021

 

Jakarta, CNBC Indonesia

Meski sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa 6.754,464 pada Kamis (25/11) IHSG justru ambruk 2,36% ke 6.561,553 sepanjang pekan lalu. Kemerosotan IHSG sebenarnya terjadi pada Jumat pekan lalu ketika anjlok lebih dari 2%.

Jebloknya IHSG mengikuti bursa Asia lainnya yang ambrol akibat munculnya varian baru virus corona B.1.1.529 atau yang disebut Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, dan kini sudah ditemukan di beberapa negara termasuk di Hong Kong.

Para ilmuwan mengatakan Omicron lebih mudah menular ketimbang varian lainnya, serta dapat mengurangi efektivitas vaksin.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Omicron sebagai Varian of Concern (VoC).

Kemunculan Omicron dikhawatirkan akan membuat banyak negara kembali menetapkan lockdwon. Alhasil, bursa saham global jeblok. Wall Street (bursa saham Amerika Serikat/AS) ambrol lebih dari 2% pada perdagangan Jumat pekan lalu. Dow Jones memimpin kemerosotan lebih dari 2.5%, disusul S&P 500 2,27% dan Nasdaq merosot 2,23%.

Hal tersebut berisiko membuat IHSG jeblok lagi di pada perdagangan Senin (29/11). Apalagi, Omicron kini sudah sampai di Australia, dimana Minggu kemarin dilaporkan ada 2 kasus positif virus corona teranyar ini.

Secara teknikal, efek dari duet pola Doji dan Shooting star langsung terlihat pada perdagangan Jumat, IHSG jeblok hingga lebih dari 2%. Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.

Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

IHSG langsung jeblok hingga kembali ke bawah 6.600.

Namun, melihat grafik 1 jam IHSG punya peluang naik melihat terjadinya celah (gap), bahkan 2 gap. Secara teknikal pergerakan suatu aset biasanya akan menutup gap tersebut. Selain itu, indikator stochastic juga sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ketika mencapai wilayah oversold, IHSG berpeluang naik. Tetapi sekali lagi syaratnya selama bertahan di atas 6.500 hingga 6.490 yang merupakan rerara pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50). Jika level tersebut ditembus, IHSG bisa merosot ke 6.460, atau lebih dalam lagi.

Selama mampu bertahan di atasnya MA 50, IHSG berpeluang menguat dan menutup gap di 6.600. Penembusan ke atas tersebut akan membuka peluang berlanjutnya kenaikan pada hari ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211128190437-17-295016/omicron-sudah-sampai-australia-awas-ihsg-bisa-ke-bawah-6500