Posted on: Wednesday, November 24, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,68% ke 6.677,876 Selasa kemarin. Pasar dibayangi sentimen negatif dari kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga di kuartal II-2022.
Spekulasi tersebut awalnya muncul pada Jumat pekan lalu, setelah Dewan Gubernur The Fed, Christopher Waller menyerukan agar The Fed melipat gandakan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sehingga bisa berakhir di bulan April tahun depan dan bisa menaikkan suku bunga di kuartal II-2022.
"Pemulihan pasar tenaga kerja yang cepat serta tingginya inflasi mendorong saya untuk melakukan tapering lebih cepat dan tidak lagi menerapkan kebijakan akomodatif di 2022," kata Waller sebagaimana diwartakan Reuters, Jumat (22/11).
Spekulasi semakin diperkuat setelah Presiden AS Joe Biden di awal pekan ini kembali memilih Jerome Powell sebagai ketua The Fed, yang membuat bursa saham AS (Wall Street) rontok. Pada perdagangan Selasa waktu AS, Wall Street berhasil rebound, meski masih belum semuanya. Indeks Dow Jones naik 0,55%, S&P 500 menguat 0,17%, sementara Nasdaq kembali merosot 0,5%.
Pergerakan tersebut menjadi indikasi pelaku pasar masih menebak-nebak kemana arah kebijakan moneter The Fed. Pergerakan volatil juga akan terjadi di perdagangan sesi Asia hari ini, termasuk di IHSG.
Secara teknikal, IHSG akhirnya terkoreksi setelah di awal pekan ini membentuk pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Meski demikian peluang penguatan IHSG terbuka melihat pergerakannya Jumat (19/11) pekan lalu yang membentuk pola White Marubozu.
Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar.
IHSG belum mengakhiri perdagangan di bawah White Marubozu tersebut sehingga masih bisa menopang penguatan IHSG.
Apalagi melihat indikator Stochastic sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di 6.665, selama bertahan di atasnya IHSG berpeluang menguat ke 6.700. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang ke 6.720.
Sementara jika support ditembus, IHSG berisiko turun ke 6.640 hingga 6.620.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211123180112-17-293838/tebak-tebakan-arah-kebijakan-the-fed-ihsg-bisa-volatil-nih