Posted on: Friday, November 19, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,59% ke 6.636,469 Kamis kemarin, dengan investor asing melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 446 miliar.
Pelemahan IHSG mengikuti bursa saham utama Asia, yang mendapat "angin dingin" dari Wall Street yang melemah di hari Rabu. Bursa saham Amerika Serikat tersebut (AS) bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat berakhir bervariasi, indeks Dow Jones melemah, sementara S&P 500 dan Nasdaq menguat.
Pergerakan Wall Street tersebut menunjukkan sentimen pelaku pasar masih belum cukup bagus, dan mempengaruhi pasar Asia lagi pada perdagangan hari ini, Jumat (19/11).
Inflasi yang tinggi masih memberikan kekhawatiran, ditambah dengan lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Eropa, yang juga menjadi "angin dingin" bagi bursa Asia, termasuk IHSG.
Jerman, raksasa ekonomi Benua Biru kembali mengalami serangan virus corona gelombang ke-4. Bahkan kemarin mencatat penambah kasus sebanyak 64.029 orang, tertinggi sepanjang pandemi. Jumlah tersebut nyaris 10 kali lipat ketimbang satu bulan lalu yang masih di bawah 7.000 orang per hari.
"Negara kita sedang dihantam gelombang ke-4 virus corona dengan kekuatan penuh," kata Kanselir Angela Merkel, sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (17/11).
"Jumlah infeksi baru lebih tinggi dari sebelumnya... dan jumlah kematian harian juga menakutkan," tambahnya.
Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa tersebut membuat Indonesia juga waspada, apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru yang bisa memicu lonjakan kasus lagi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah berulang kali mengingatkan agar tetap waspada dengan kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 berkaca dari negara-negara lainnya.
Pemerintah rencananya akan menerapkan aturan PPKM level 3, 24 Desember hingga 2 Januari. Ini akan berlaku di seluruh wilayah Indonesia, baik yang sudah berstatus PPKM level 1 maupun 2.
Pemerintah yang berhati-hati menjelang Natal dan Tahun Baru, tentunya membuat para investor berhati-hati masuk ke pasar saham.
Selain itu dari dalam negeri, pelaku pasar akan menanti rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Transaksi berjalan (current account) akan menjadi perhatian pelaku pasar, sebab BI memperkirakan akan kembali surplus. Hal tersebut disebabkan neraca perdagangan yang terus mencetak hasil positif.
Transaksi berjalan yang surplus bisa berdampak positif ke rupiah. Stabilitas rupiah menjadi penting bagi investor asing, sebab risiko kerugian kurs bisa diminimalisir.
Secara teknikal, pelemahan IHSG kemarin menjadi bukti masih bekum dari tekanan pola Doji pada Kamis (11/11).
Pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Tetapi, mengingat Doji muncul saat posisi IHSG sedang tinggi, memang risiko koreksi menjadi lebih besar.
Sementara itu jika melihat grafik 1 jam, indikator Stochastic sudah bergerak naik dan berada di dekat wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan Stochastic yang berada di dekat wilayah oversold maka ada peluang penguatan IHSG hari ini.
IHSG kini berada di dekat support 6.630. jika support tersebut ditembus, IHSG berisiko merosot ke 6.600 hingga 6.590.
Sementara selama bertahan di atas support, IHSG berpeluang naik ke 6.675, sebelum menuju 6.700.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211119065307-17-292713/ada-angin-dingin-dari-barat-semoga-ihsg-kuat