Posted on: Thursday, November 18, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat penguatan 0,37% ke 6.675,804. Investor asing akhirnya kembali melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 312 miliar.
IHSG kini berjarak 0,57% dari rekor tertinggi sepanjang masa 6.714,158 yang dicapai pada Jumat (12/11) pekan lalu. Namun meski jaraknya tidak jauh, IHSG harus berjuang keras untuk bisa mencapai rekor tersebut pada perdagangan hari ini, Kamis (17/11). Sebab, bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami koreksi, dan pasar juga menantu pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Ketiga indeks utama di bursa saham AS kompak melemah, pelaku pasar kembali melihat inflasi tinggi yang melanda di berbagai negara.
Biro Statistik Inggris kemarin melaporkan inflasi yang dilihat dari consumer price index (PCI) melesat 4,2% di bulan Oktober dari tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) dari bulan sebelumnya 3,1% YoY. Kenaikan tersebut bahkan lebih tinggi dari hasil polling Reuters yang memprediksi 3,9% YoY.
Inflasi Inggris di bulan Oktober menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir, tepatnya sejak November 2011. Inflasi tersebut lebih dari dua kali lipat dari target bank sentral Inggris.
Hal yang sama juga terjadi di zona euro, dimana inflasinya tumbuh 4,1% YoY, jauh diatas target European Central Bank sebesar 2%.
Tingginya inflasi juga disoroti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai salah satu ancaman yang dihadapi Indonesia.
"Kita paham ada tantangan yang kita waspadai," ujar Sri Mulyani.
"Untuk Indonesia harga di produsen mengalami kenaikan 7,3%. Kalau di Eropa kenaikan 16,3%, China 13,5%, dan di AS 8,6%, Korea Selatan 7,5%," jelasnya. Dari inflasi tingkat produsen ini bisa merambat ke konsumen, sehingga bisa menggerus daya beli.
Sementara itu, pelaku pasar kini menanti pengumuman BI untuk akan melihat bagaimana Gubernur Perry Warjiyo dan kolega merespon tapering yang dilakukan bank sentral AS (The Fed) serta kemungkinan agresif menaikkan suku bunga di tahun depan
Secara teknikal, meski sukses menguat 2 hari beruntun, IHSG belum bisa lepas dari tekanan pola Doji pada Kamis (11/11).
Pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Tetapi, mengingat Doji muncul saat posisi IHSG sedang tinggi, memang risiko koreksi menjadi lebih besar.
Sementara itu jika melihat grafik 1 jam, indikator Stochastic sudah bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan Stochastic yang belum mencapai wilayah overbought maka peluang IHSG melanjutkan kenaikan masih terbuka.
IHSG kini persis berada di resisten terdekat berada di kisaran 6.675, jika dilewati IHSG berpeluang ke 6.700 dan mendekati lagi rekor tertinggi sepanjang masa.
Sementara selama tertahan di bawah resisten IHSG berisiko terkoreksi ke 6.630 sebelum menuju 6.600 hingga 6.590.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211117175204-17-292329/inflasi-tinggi-bikin-worry-hati-hati-ihsg-terkoreksi