Posted on: Wednesday, November 3, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk di awal November. Kemarin, IHSG tercatat merosot 0,91% ke 6.492,275, setelah hari melemah 0,58% di awal pekan.
Isu stagflasi atau melambatnya pertumbuhan ekonomi tetapi inflasi yang tinggi yang berisiko terjadi di beberapa negara mulai menggerogoti bursa saham global. IHSG pun ikut terseret meski inflasi di Indonesia masih rendah.
Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (3/11) perhatian akan tertuju pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), yang akan mengumumkan tapering Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar pun akan lebih berhati-hati dan membuat IHSG berfluktuasi.
Dari dalam negeri, kabar baik datang dari Jakarta, dimana status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) turun menjadi level 1. Dengan penurunan tersebut, mal, pasar tradisional, pasar swalayan diizinkan beroperasi dengan kapasitas pengunjung 100%.
Selain itu pekerja sektor non-esensial bisa work from office (WFO) dengan kapasitas 75%.
Pelonggaran tersebut tentunya membuat aktivitas bisnis berputar lebih cepat, dan berdampak bagus bagi perekonomian. Apalagi sebelumnya tanda-tanda kebangkitan ekonomi Indonesia semakin besar setelah ekspansi sektor manufaktur melesat ke rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Selasa waktu setempat, dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 lagi-lagi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Hal tersebut bisa memberikan sentimen positif ke bursa saham Asia hari ini.
Secara teknikal, pola Dragonfly Doji yang muncul pada Selasa (26/10) akhirnya menunjukkan efeknya. Pola in merupakan sinyal reversal atau pembalikan arah, IHSG pun belakangan ini terus mengalami koreksi.
Di grafik 1 jam, Dragonfly Doji juga sudah muncul pada 18 Oktober lalu, sejak saat itu IHSG sulit untuk mencatat penguatan signifikan, bahkan cenderung berfluktuasi dan menurun.
Selain itu, IHSG kini membentuk pola Recatangle di grafik 1 jam. Pola ini menjadi indikasi sideways, tetapi kabar baiknya jika batas atas berhasil dilewati dan mengakhiri perdagangan di atasnya, IHSG berpeluang naik selebar pola tersebut
Batas bawah pola Rencangle berada di kisaran 6.585 dan batas atas di 6.685, artinya ada jarak 100 poin. Ketika batas atas dilewati maka target penguatan IHSG ke 6.785, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus IHSG berisiko merosot ke 6.485.
Level sudah dicapai kemarin dan kini menjadi support terdekat, sebab IHSG mengakhiri perdagangan di atasnya. Tetapi jika ditembus lagi, IHSG berisiko merosot ke 6.435, sebelum menuju 6.400 jika level tersebut juga dilewati.
Sementara itu melihat indikator Stochastic pada grafik 1 jam yang sudah berada di wilayah jenuh jual (oversold) IHSG berpeluang bangkit.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selama bertahan di atas 6.485, IHSG berpeluang naik ke 6.500 hingga 6.515. Resisten selanjutnya berada di kisaran 6.540.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211102180428-17-288495/stagflasi-china-vs-kebangkitan-ekonomi-ri-ihsg-mau-ke-mana