Posted on: Tuesday, November 2, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat 0,55% di awal perdagangan kemarin, tetapi akhirnya berbalik melemah 0,58% ke 6.552,889. Sementara pada perdagangan hari ini, Selasa (2/11) IHSG berpeluang bangkit, sebab ada dobel rekor yang bisa memberikan sentimen positif.
Yang pertama dari dalam negeri. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2.
Angka indeks di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, IHSG pun menguat di awal perdagangan kemarin. Tetapi, sekali lagi IHSG masih sulit melanjutkan penguatan ketika semakin dekat dengan rekor tertinggi sepanjang masa 6.693,466 yang dicapai pada 20 Februari 2018.
IHSG diterpa dengan profit taking, sebab pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia.
Namun, pada perdagangan Senin waktu setempat bursa saham AS (Wall Street) mencatat dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 bahkan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Artinya, IHSG hari ini akan mendapat sentimen positif dari rekor PMI manufaktur Indonesia, serta rekor tertinggi Wall Street.
Secara teknikal, IHSG masih belum mampu konsisten menguat setelah berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan Selasa (26/10) IHSG membentuk pola Dragonfly Doji yang menjadi sinyal reversal atau pembalikan arah yang patut diwaspadai berlanjutnya koreksi.
Di grafik 1 jam, Dragonfly Doji juga sudah muncul pada 18 Oktober lalu, sejak saat itu IHSG sulit untuk mencatat penguatan signifikan, bahkan cenderung berfluktuasi, hingga akhirnya merosot 2 hari terakhir.
Selain itu, IHSG kini membentuk pola Recatangle di grafik 1 jam. Pola ini menjadi indikasi sideways, dan batas bawahnya sudah dijebol.
Batas bawah pola Rencangle berada di kisaran 6.585 dan batas atas di 6.685, artinya ada jarak 100 poin. Ketika batas bawah dilewati maka target penurunan IHSG ke 6.485, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus IHSG berisiko merosot ke 6.475.
Kamis pekan lalu, batas bawah tersebut ditembus dan IHSG terus menurun meski belum mencapai 6.475.
Indikator Stochastic pada grafik harian dan 1 jam kini menurun, setelah mencapai wilayah jenuh jual (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum mencapai wilayah oversold baik di grafik harian dan 1 jam, sehingga belum ada sinyal IHSG akan balik menguat.
IHSG kini berada di bawah batas pola Rectangle lagi di 6.585, yang berisiko memicu koreksi lebih lanjut.
IHSG berada di dekat support 6.550 jika ditembus target penurunan ke kisaran 6.520 hingga 6.500, untuk menutup gap yang dibuat pada Jumat (29/10).
Sementara selama bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke 6.585. Penembusan ke atas level tersebut akan membuka peluang ke 6.615. Target selanjutnya di 6.650.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211101173440-17-288181/ada-dobel-rekor-ihsg-siap-kembali-ke-atas-6600