Posted on: Monday, November 1, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum mampu memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu, padahal sudah sangat dekat. Untuk diketahui rekor tertinggi sepanjang masa 6.693,466 yang dicapai pada 20 Februari 2018, bukanya dipecahkan IHSG justru jeblok.
IHSG sempat mendekati level tersebut, bahkan sejak dua pekan lalu, tetapi selalu berbalik merosot hingga ke kisaran 6.500. Pelemahan tersebut berhasil dipangkas setelah IHSG menguat lebih dari 1% Jumat kemarin.
Dalam sepekan, IHSG tercatat melemah 0,79% ke 6.591,346. Investor asing masih melakukan aksi beli bersih tetapi jauh lebih kecil dari dua pekan lalu. Data pasar mencatat net buy pada sebesar Rp 743 miliar di pasar reguler. Sementara dua pekan sebelumnya tercatat sebesar Rp 4,89 triliun dan Rp 5,15 triliun.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, Senin (1/11), IHGS berpeluang menguat mendekati lagi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sent8imen positif datang dari dalam negeri. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2 sekaligus menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.
Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian yang sebelumnya sudah sangat lama berada di wilayah jenuh beli (overbought), akhirnya memicu koreksi IHSG dalam 2 pekan beruntun.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Kini, stochastic sudah keluar dari wilayah oversold, sehingga tekanan turun sedikit berkurang.
Meski demikian, pergerakan IHSG Selasa (26/10) membentuk pola Dragonfly Doji yang menjadi sinyal reversal atau pembalikan arah yang patut diwaspadai berlanjutnya koreksi.
Di grafik 1 jam, Dragonfly Doji juga sudah muncul pada 18 Oktober lalu, sejak saat itu IHSG sulit untuk mencatat penguatan signifikan, bahkan cenderung berfluktuasi, hingga akhirnya merosot 2 hari terakhir.
Selain itu, IHSG kini membentuk pola Rectangle di grafik 1 jam. Pola ini menjadi indikasi sideways, dan batas bawahnya sudah dijebol.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran 6.585 dan batas atas di 6.685, artinya ada jarak 100 poin. Ketika batas bawah dilewati maka target penurunan IHSG ke 6.485, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus IHSG berisiko merosot ke 6.475.
Kamis pekan lalu, batas bawah tersebut ditembus dan IHSG terus menurun meski belum mencapai 6.475.
Di awal pekan ini, 6.585 kembali menjadi support sebab IHSG berhasil rebound di hari Jumat dan membentuk gap.
Jika kembali ditembus dan tertahan di bawahnya, IHSG berisiko turun ke 6.550, sebelum menuju 6.520 hingga 6.500 untuk menutup gap yang dibuat.
Sementara jika bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke 6.615. Penembusan di atas level tersebut akan membuka ruang penguatan ke 6.650 hingga 6.650.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211031201343-17-287892/pmi-manufaktur-cetak-rekor-tertinggi-ihsg-kapan-nih