Posted on: Friday, October 29, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,18% Kamis kemarin ke 6.524,076, investor asing juga melalukan jual bersih senilai Rp 467 miliar di pasar reguler.
Net sell tersebut menjadi yang pertama setelah berhari-hari tercatat beli bersih. IHSG yang sebelumnya berpeluang berpeluang memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa kini malah semakin menjauh setelah merosot 2 hari terakhir dengan persentase nyaris 2%.
Sentimen negatif datang dari China yang kembali melakukan lockdown di beberapa wilayah, serta risiko gagal bayar raksasa properti mulai dari Evergrande hingga Modern Land.
Kabar buruk juga datang dari Amerika Serikat (AS) kemarin malam. Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) AS hanya tumbuh 2% di kuartal III-2021, melambat dari kuartal sebelumnya 6,7% serta lebih rendah dari hasil survei Reuters yang memprediksi pertumbuhan 2,8%.
Meski demikian, bursa saham AS (Wall Street) tetap menguat, sebab pelambatan tersebut diprediksi hanya sementara. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mampu memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Tetapi jika melihat pergerakan indeks S&P 500 dan Nasdaq futures Jumat (29/10) pagi ini yang berbalik merosot akibat laporan earning Apple dan Amazon yang mengecewakan, maka pasar Asia layak waspada, termasuk IHSG.
Secara teknikal, IHSG akhirnya merosot dalam 2 hari beruntun setelah indikator Stochastic pada grafik harian yang sudah sangat lama berada di wilayah jenuh beli (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Kini, stochastic sudah keluar dari wilayah oversold, sehingga tekanan turun sedikit berkurang.
Selain itu, pergerakan IHSG Selasa (26/10) membentuk pola Dragonfly Doji yang menjadi sinyal reversal atau pembalikan arah.
Di grafik 1 jam, Dragonfly Doji juga sudah muncul pada 18 Oktober lalu, sejak saat itu IHSG sulit untuk mencatat penguatan signifikan, bahkan cenderung berfluktuasi, hingga akhirnya merosot 2 hari terakhir.
Selain itu, IHSG kini membentuk pola Recatangle di grafik 1 jam. Pola ini menjadi indikasi sideways, dan batas bawahnya sudah dijebol.
Batas bawah pola Rencangle berada di kisaran 6.585 dan batas atas di 6.685, artinya ada jarak 100 poin. Ketika batas bawah dilewati maka target penurunan IHSG ke 6.485, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus IHSG berisiko merosot ke 6.475, yang menjadi target penurunan terdekat hari ini. Jika level tersebut ditembus, maka IHSG berisiko merosot lagi.
Tetapi, selama bertahan di atasnya, IHSG berpeluang rebound melihat Stochastic 1 jam yang berada di wilayah oversold.
Resisten terdekat di kisaran 6.550, jika dilewati IHSG berpeluang naik ke 6.585 hingga 6.600.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211028205403-17-287401/selamat-tinggal-rekor-ihsg-berisiko-lanjut-merosot