Stock Picks

 

Lupakan Rekor! IHGS Justru Berisiko Merosot Lagi

Posted on: Thursday, October 28, 2021

 

Jakarta, CNBC Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol pada perdagangan Rabu kemarin, menunjukkan bagaimana sulitnya untuk bisa mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dalam 2 pekan terakhir, IHSG beberapa kali mendekati rekor 6.693,466, tetapi setelahnya selalu terkoreksi.

Kemarin, IHSG ambrol hingga 0,82% ke 6.602,209, tetapi investor asing masih tetap melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 151 miliar di pasar reguler.

Kabar kurang sedap datang dari China, satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.

Reuters mengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China. Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.

Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) juga terkoreksi pada perdagangan Rabu waktu setempat. Indeks Jones dan S&P 500 yang hari sebelumnya mencetat rekor tertinggi berbalik merosot 0,7% dan 0,5%. Alhasil, IHSG berisiko melanjutkan koreksi pada perdagangan Kamis (28/10).

Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian yang sudah sangat lama berada di wilayah jenuh beli (oversold) mulai bergerak turun, artinya risiko berlanjutnya koreksi IHSG masih cukup besar.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Selain itu, pergerakan IHSG Selasa lalu membentuk pola Dragonfly Doji yang menjadi sinyal reversal atau pembalikan arah.

Di grafik 1 jam, Dragonfly Doji juga sudah muncul pada 18 Oktober lalu, sejak saat itu IHSG sulit untuk mencatat penguatan signifikan, bahkan cenderung berfluktuasi.

Selain itu, IHSG kini membentuk pola Recatangle di grafik 1 jam. Pola ini menjadi indikasi sideways, tetapi kabar baiknya jika batas atas berhasil dilewati dan mengahiri perdagangan di atasnya, IHSG berpeluang naik selebar pola tersebut.

Batas bawah pola Rencangle berada di kisaran 6.585 dan batas atas di 6.685, artinya ada jarak 100 poin. Ketika batas atas dilewati maka target penguatan IHSG ke 6.785, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus IHSG berisiko merosot ke 6.475.

IHSG berada di dekat batas bawah pola Rectangle, tetapi Stochastic 1 jam yang berada di wilayah oversold memberikan peluang rebound.

Selama bertahan di atas 6.585, IHSG berpeluang naik menuju 6.640. Penembusan konsisten di atasnya akan membuka peluang ke ke 6.685 ekor (tail) Dragonfly Doji pada grafik 1 jam sekaligus batas atas pola Rectangle sehingga akan menjadi resisten yang kuat.

Resisten tersebut harus dilewati agar IHGS mampu memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa 6.693,466 yang dicapai pada 20 Februari 2018.

Sementara jika kembali ke bawah 6.585 ditembus, IHSG berisko terkoreksi ke 6.540 sebelum menuju 6.510.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211027174700-17-287032/lupakan-rekor-ihgs-justru-berisiko-merosot-lagi