Posted on: Wednesday, September 22, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat ambrol lebih dari 1% ke bawah 6.000 kemarin, sebelum memangkas kemerosotan tersebut dan berakhir di 6.060,757, atau melemah 0,26%. Investor asing tercatat melakukan jual bersih senilai Rp 427 miliar, yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar akibat risiko gagal bayar raksasa properti China, Evergrande Group.
Perusahaan ini disebut memiliki kewajiban mencapai US$ 305 miliar atau setara dengan Rp 4.361 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Jika tidak ada solusi, maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China. Bursa saham global banyak yang berguguran akibat isu tersebut dalam 2 hari terakhir, sementara bursa saham China libur dan baru dibuka lagi pada perdagangan hari ini, Rabu (22/9). Sehingga pelaku pasar akan melihat bagaimana bursa China bereaksi, jika langsung ambrol, IHSG berisiko mengekor.
Apalagi, Kamis dini hari waktu Indonesia ada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter, dan diperkirakan akan memberikan detail tapering serta proyeksi suku bunga ke depannya. Sebelum pengumuman tersebut, para pelaku pasar tentunya akan lebih berhati-hati masuk ke aset berisiko.
Secara teknikal, IHSG kemarin memang sempat jeblok ke bawah level psikologis 6.000, tetapi berhasil rebound dan mengakhiri perdagangan di atas rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100). Tetapi, IHSG kini sudah berada di bawah MA 50 dan 200. Outlook-nya IHSG masih sideways, meski melemah dalam 2 hari beruntun.
Jika dilihat sejak awal Juni, IHSG membentuk pola Rectangle, dengan batas atas di kisaran 6.140 dan batas bawah di kisaran 5.940. Pola Rectangle juga menjadi indikasi pergerakan sideways. Diperlukan penembusan konsisten di batas atas untuk memicu penguatan lebih lanjut. Pada 5 Agustus lalu, IHSG sempat menembus batas atas tersebut, tetapi hanya bertahan 2 hari saja. Artinya, mengalami false breakout. Di awal pekan IHSG sempat mendekati batas atas pola Rectangle, kemudian jeblok. Artinya, 6.140 memang menjadi resisten yang kuat.
Selama tertahan di bawah MA 200, IHSG berisiko turun MA 100 di kisaran 6.030. Jika ditembus, IHSG sekali lagi akan menguji level psikologis 6.000. Resisten terdekat kini berada di kisaran 6.080 hingga 6.100 yang berada di kisaran MA 50 dan 200. Penembusan di atas area tersebut akan membawa IHSG menguat ke 6.115, sebelum menuju batas atas pola Rectangle.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210922072540-17-278136/ada-evergrande-tapering-ihsg-sepertinya-susah-bangkit"