Posted on: Wednesday, September 8, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Meski banyak kabar baik dari dalam negeri, tetapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,24% pada perdagangan Selasa kemarin. Tetapi, investor asing sekali lagi melakukan aksi beli bersih senilai Rp 262 miliar, yang menjadi indikasi sentimen global cukup bagus. Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat serta naiknya cadangan devisa Indonesia hingga mencetak rekor tertinggi menjadi kabar bagus dari dalam negeri sejak awal pekan.Sayangnya, IHSG belum mampu terangkat dan berisiko kembali melemah pada perdagangan Rabu (8/9/2021). Sebab, bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot akibat munculnya kecemasan perekonomian bisa merosot akibat penyebaran virus corona delta.
Goldman Sachs merilis laporan yang menurunkan proyeksinya atas perekonomian AS, dengan mengacu pada merebaknya virus Covid-19 varian delta sementara prospek stimulus mengabur.
Pertumbuhan ekonomi Negara Adidaya diprediksi tumbuh 5,7% secara tahunan pada 2021, atau di bawah konsensus pasar di angka 6,2%. Proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal IV-2021 pun dipangkas menjadi 5,5%, dari proyeksi semula sebesar 6,5%.
"Hambatan pertumbuhan konsumsi yang kuat ke depan terlihat kian jelas: varian Delta telah memperberat pertumbuhan kuartal III-2021, dan mengaburnya stimulus fiskal serta pelemahan pemulihan sektor jasa akan menjadi risiko yamg membayangi dalam jangka menengah," tutur bank investasi tersebut dalam laporan yang dikutip CNBC International.
Meski secara fundamental berisiko melemah, tetapi secara teknikal, IHSG masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran 6.060 hingga 6.070. Artinya, IHSG masih berada atas MA 50, 100, dan 200, sehingga peluang penguatan masih terbuka lebar. Selain itu, IHSG juga didukung pola pola White Marubozu. Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar. Pola ini muncul pada 23 Agustus lalu, dan muncul lagi pada 30 Agustus. Meski demikian, patut diperhatikan Indikator stochastic yang mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya, ketika mencapai overbought, risiko koreksi IHSG menjadi lebih besar. IHSG kini berada di kisaran resisten terdekat berada di kisaran ke 6.115. Jika mampu bertahan di atasnya IHSG berpeluang menguat ke Rp 6.150. Resisten selanjutnya berada di kisaran 6.180. Sementara support terdekat berada di kisaran 6.070 hingga 6.060 yang merupakan MA 50. Jika ditembus, IHSG berisiko merosot ke 6.030 hingga 6.020, kisaran MA 100 dan 200.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210908065039-17-274458/corona-delta-bikin-amerika-waspada-awas-ihsg-merah-lagi"