Posted on: Friday, December 4, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 121miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,6 triliun.
IHSG kini berada di level tertinggi sejak 24 Februari lalu. Sentimen positif datang dari perkembangan vaksin virus corona. Produsen vaksin virus corona asal Amerika Serikat (AS) Pfizer dikabarkan sudah mendapatkan ijin dari pemerintahan Britania Raya untuk penggunaan darurat bagi vaksin Pfizer dan partnernya BioNTec Sedangkan ijin dari pemerintahan AS akan datang sebentar lagi, bahkan banyak yang beranggapan bahwa vaksin Pfizer akan disetujui untuk penggunaan darurat sebelum tahun 2021.
Namun, kabar buruk datang dari dalam negeri yang bisa berdampak negatif bagi IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (4/12/2020). Kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kembali "meledak" dan mencetak rekor.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus baru Covid-19 yang dilaporkan kemarin bertambah sebanyak 8.363. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, bahkan mengatakan penambahan kasus tersebut tidak bisa ditoleransi.
"Kita bisa melihat dalam beberapa hari terakhir kita mencatatkan rekor-rekor baru. Sebelumnya kita belum pernah mencapai di atas 5.000, tapi sayangnya kasus positif semakin meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus. Ini angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," ujar Prof Wiku, dalam konferensi pers Kamis (3/12/2020).
Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia. IHSG pun berisiko melemah di perdagangan terakhir pekan ini akibat aksi ambil untung (profit taking) mengingat dalam 1 bulan terakhir sudah melesat lebih dari 14%.
Secara teknikal, IHSG masih memiliki momentum penguatan setelah berhasil bertahan di atas level 5.800 kemarin.
Awal munculnya momentum penguatan IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagangan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
Kabar baiknya, pada Senin (23/11/2020) dan Kamis (26/11/2020) IHSG kembali membentuk pola White Marubozu, sehingga ada potensi reli akan kembali berlanjut, dan tidak menutup kemungkinan kembali ke level 6.000 sebelum akhir tahun.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menambah momentum penguatan.
Indikator stochastic pada grafik kembali masuk wilayah jenuh beli (overbought). Artinya kembali muncul tekanan turun.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam kini sudah mencapai wilayah overbought yang menambah risiko koreksi.
Support terdekat berada di level 5.700 - 5.690, selama bertahan di atasnya IHSG berpotensi bangkit ke 5.750 sampai 5.770. Jika level tersebut dilewati, bursa kebanggaan Tanah Air ini berpeluang kembali ke 5.890.
Sementara itu jika support ditembus, IHSG berisiko turun ke 5.760. Jika dilewati, target penurunan selanjutnya di 5.735 hingga 5.700.
Support kuat berada di level 5.458 yang merupakan Fibonnanci Retracement 61,8%. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Selama bertahan di atas 5.458, ke depannya IHSG cenderung masih akan menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201204074559-17-206762/ledakan-covid-19-tak-bisa-ditoleransi-awas-ihsg-ambrol"