Posted on: Wednesday, November 25, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.140/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Rupiah juga melemah sendirian di Asia, di saat sentimen pelaku pasar sedang bagus, terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melanjutkan reli. Investor asing juga melakukan aksi beli bersih Rp 126,45 miliar di pasar reguler dan nego.
Kemudian di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 0,5 basis poin. Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Saat harga naik, artinya ada aksi beli, sehingga ada kemungkinan aliran modal asing masuk juga ke pasar obligasi.
Saat sentimen pelaku membaik dan aliran modal masuk ke dalam negeri, rupiah seharusnya perkasa, tetapi melemah tipis kemarin. Aksi ambil untung (profit taking) bisa jadi memicu pelemahan tersebut, sebab dalam 8 pekan terakhir rupiah tidak pernah melemah, rinciannya menguat 7 pekan beruntun dan stagnan pada pekan lalu. Pada hari Senin, Mata Uang Garuda juga kembali menguat 0,14%.
Total selama periode tersebut rupiah sudah membukukan penguatan nyaris 5%, sehingga wajar terjadi aksi ambil untung.
Dengan sentimen pelaku pasar yang masih bagus, rupiah berpeluang berbalik menguat pada hari ini, Rabu (25/11/2020). Bagusnya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa waktu setempat, dan beberapa bursa utama Asia juga menghijau pagi ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR meski melemah tetapi masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian sudah keluar di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya tekanan terkoreksi akibat aksi profit taking sudah mulai mereda.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.100/US$ hingga Rp 14.090/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.050/US$ sebelum menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
Penembusan dan pergerakan konsisten di bawah level psikologis tersebut akan membuka peluang rupiah menguat menuju Rp 13.810/US$.
Sementara itu, resisten berada di kisaran Rp 14.150/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.200/US$, sebelum menuju Rp 14.260/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201125082617-17-204392/wall-street-cetak-rekor-rupiah-bisa-menguat-dong"