Posted on: Monday, November 23, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan 2,03% ke 5.571,656 sepanjang pekan lalu. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG mencatat penguatan 4 hari beruntun, dan hanya melemah 0,4% pada hari jumat (20/11/2020).
Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 435,09 miliar di pasar reguler sepanjang pekan lalu, dengan nilai transaksi mencapai Rp 61 triliun.
Dari eksternal, perusahaan farmasi AS, Moderna, yang mengumumkan vaksin buatannya efektif menanggulangi virus corona hingga 94%, yang memberikan sentimen positif ke pasar saham global.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI)
Selain itu, BI juga melaporkan transaksi berjalan (current account) yang mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir. Surplus transaksi berjalan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah.
Ketika rupiah stabil, maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di pasar saham, karena risiko kerugian dari pelemahan kurs menjadi lebih kecil.
Sementara itu pada perdagangan awal pekan ini, Senin (23/11/2020), ada risiko IHSG kembali terkoreksi melihat pergerakan bursa utama Asia yang bervariasi.
Lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di negara-negara Barat memberikan sentimen negatif ke pasar saham.
Dari dalam negeri, dalam beberapa hari terakhir kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan, sehingga IHSG berisiko diterpa aksi ambil untung (profit taking).
Secara teknikal, IHGS di hari Jumat lalu mencapai level 4.600, sebelum akhirnya terkoreksi. Maklum saja, IHSG sudah membukukan penguatan lebih dari 2% dalam 4 hari.
Bahkan jika melihat lebih ke belakangan, sebelum melemah di hari Jumat IHSG sudah melesat 9,6% dalam 11 hari perdagagangan.
Awal penguatan tajam IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagangan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200).
Namun indikator stochastic pada grafik harian masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum mencapai oversold.
Level 5.600 menjadi resisten terdekat, jika mampu ditembus IHSG berpotensi melesat ke 5.650.
Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko turun ke 5.540 hingga 5.515.
Sementara itu support kuat berada di 5.458 yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Selama bertahan di atasnya, IHSG berpeluang terus naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201123081724-17-203793/kasus-covid-19-melonjak-waspada-ihsg-balik-merosot"