Posted on: Thursday, November 19, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - 0,5% ke 5.557,518 pada perdagangan Rabu kemarin. Dalam 10 perdagangan terakhir, IHSG sudah melesat nyaris 9%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 475 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi sebesar Rp 12,2 triliun.
Penguatan IHSG terbilang impresif, sebab bursa saham Amerika Serikat (Wall Street), dan bursa Eropa melemah sehari sebelumnya. Wall Street yang merupakan kiblat bursa saham dunia biasanya memberi sentimen negatif, tetapi kemarin IHSG tetap ngacir ke zona hijau, dan memperkuat posisinya di level tertinggi sejak 5 Maret lalu.
Wall Street pada perdagangan Rabu waktu setempat kembali merosot, yang tentunya akan memberikan sentimen positif ke pasar Asia pagi ini. Terbukti, bursa saham utama Asia yang sudah dibuka masuk ke zona merah, IHSG berisiko menyusul.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada siang nanti. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 4%.
Dari 13 ekonom/analis yang terlibat dalam pembentukan konsensus, delapan di antaranya memperkirakan suku bunga acuan tidak akan berubah. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kejutan dari BI dengan memangkas suku bunga.
Secara teknikal, IHGS berhasil mengakhiri perdagangan di atas level 4.540 yang menjadi resisten terdekat dalam analisis teknikal kemarin.
Awal penguatan tajam IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagangan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200).
Namun indikator stochastic pada grafik harian masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam juga berada di wilayah overbought, sehingga risiko koreksi cukup besar.
Resisten terdekat kini berada di kisaran 5.580 hingga 5.600, jika mampu ditembus IHSG berpotensi melesat ke 5.650.
Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko turun ke 5.540, hingga ke 5.500. Jika 5.500 ditembus IHSG berisiko turun ke 5.458 (Fib. Retracement 61,8%), yang akan menjadi support kuat.
Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201119080156-17-202927/sudah-melesat-9-ihsg-bakal-tembus-5650"