Corporate Action

 

Powell yang "Sabar" Bakal Jadi Agresif, Rupiah Tetap Waspada!

Posted on: Wednesday, November 24, 2021

 

Jakarta, CNBC Indonesia

Rupiah melemah tipis-tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) dalam 2 hari terakhir. Kemarin, rupiah melemah 0,07% ke Rp 14.255/US$, begitu juga di hari sebelumnya.

Pelemahan tipis-tipis tersebut sebenarnya cukup bagus bagi rupiah mengingat dolar AS sedang kuat-kuatnya setelah Presiden AS Joe Biden kembali memilih Jerome Powell menjadi ketua The Fed (bank sentral AS). Apalagi, kini muncul spekulasi The Fed akan lebih agresif dalam melakukan tapering dan suku bunga bisa dinaikkan pada kuartal II-2022.

Pada perdagangan hari ini, Rabu (24/11) perhatian akan tertuju pada rilis data inflasi AS versi personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan suku bunga. Sehingga, rupiah kemungkinan akan bergerak tipis-tipis lagi. Pelaku pasar kini melihat, Powell yang sebelumnya selalu menyatakan "bersabar" dalam menaikkan suku bunga, kini akan menjadi agresif akibat lonjakan inflasi.

Inflasi inti PCE diprediksi tumbuh 4,1% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Semakin tinggi inflasi PCE makan spekulasi laju tapering akan dipercepat akan semakin menguat. Spekulasi kenaikan suku bunga lebih cepat juga akan menyusul

Secara teknikal, belum ada level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah melemah tipis-tipis 2 hari terakhir. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih dalam tekanan sebab berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran Rp 14.220/US$.

Level tersebut bisa menjadi kunci pergerakan rupiah di pekan ini.

Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dan semakin mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika USD/IDR mencapai oversold, maka kemungkinan akan berbalik naik, artinya risiko pelemahan rupiah semakin besar.

Seperti disebutkan sebelumnya, area MA 50 bisa menjadi kunci pergerakan. Jika tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.310/US$ yang merupakan MA 100. Rupiah akan semakin terpuruk di pekan ini jika resisten selanjutnya di Rp 14.335/US$ yang merupakan MA 200 juga dijebol.

Sementara itu jika kembali ke bawah MA 50 rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.180/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.100 di pekan ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211123172954-17-293829/powell-yang-sabar-bakal-jadi-agresif-rupiah-tetap-waspada