Posted on: Thursday, November 18, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Dolar Amerika Serikat (AS) sedang kuat-kuatnya, sementara pasar dalam negeri sedang menunggu pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Alhasil, rupiah melemah lagi 0,14% melawan dolar AS ke Rp 14.240/US$ kemarin.
Pelemahan rupiah tersebut terbilang kecil jika melihat indeks dolar AS yang dua hari lalu melesat 0,52% kemudian kemarin sempat naik lagi ke 0,34% ke 96,241, yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2020. Namun di akhir perdagangan Rabu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini mengalami koreksi 0,14% yang bisa memberikan peluang rupiah menguat di awal perdagangan Kamis (17/11).
Selain itu pengumuman kebijakan moneter BI akan mempengaruhi pergerakan rupiah, dan bisa jadi cukup signifikan. Pelaku pasar akan melihat bagaimana Gubernur Perry Warjiyo dan kolega merespon tapering yang dilakukan bank sentral AS (The Fed) serta kemungkinan agresif menaikkan suku bunga di tahun depan
Hasil polling Reuters menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga hingga akhir tahun depan, dan tetap memperhatikan arah kebijakan moneter The Fed.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%.
James Sweeney, kepala ekonom di Credit Suisse mengatakan BI akan menaikkan suku bunga di tahun depan guna mencegah terjadinya capital outflow dam menjaga stabilitas rupiah.
"Saat The Fed mulai mengurangi kebijakan moneter akomodatifnya dan memulai tapering di kuartal IV-2021, kami melihat Bank Indonesia akan menjaga nilai tukar rupiah dari kemungkinan terjadinya capital outflow dengan menaikkan suku bunga di tahun depan," kata Sweeney, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (16/11).
Jika BI mempertegas proyeksi kenaikan suku bunga di tahun depan pada pengumuman rapat kebijakan moneter kali ini, rupiah berpeluang menguat dan bisa berlanjut hingga Jumat besok.
Secara teknikal, tekanan bagi rupiah semakin membesar setelah kemarin melemah dan mengakhiri perdagangan di atas pola Hammer yang dibentuk Senin (15/11), dan kini berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran Rp 14.220/US$.
Level tersebut bisa menjadi kunci pergerakan rupiah hari ini.
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dan semakin mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mencapai oversold, maka kemungkinan akan berbalik naik, artinya risiko pelemahan rupiah semakin besar.
Seperti disebutkan sebelumnya, area MA 50 bisa menjadi kunci pergerakan. Jika tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.300/US$.
Sementara itu jika kembali ke bawah MA 50 rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.200/US$ hingga Rp 14.180/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211117182513-17-292336/rupiah-mau-menguat-hari-ini-tunggu-petunjuk-bi