Posted on: Friday, November 12, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah mencatat pelemahan tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.260/US$ setelah sebelumnya sempat melemah hingga melewati Rp 14.300/US$. Dengan pelemahan tipis tersebut, rupiah terbilang tahan banting, sebab dolar AS sedang kuat-kuatnya pasca rilis data inflasi yang berada di level tertinggi 30 tahun.
Kekuatan rupiah akan kembali diuji pada perdagangan Jumat (12/11), sebab kabar buruk masih belum pergi. Kemarin indeks dolar AS kembali melesat 0,32% ke 95,152 yang merupakan level tertinggi dalam 16 bulan terakhir.
Tingginya inflasi di AS Pelaku pasar kini melihat bank sentral AS (The Fed) bisa menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 43,2% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada bulan Juli tahun depan dari saat ini 0% - 0,25%.
Selain itu di akhir 2022, pasar melihat ada probabilitas sebesar 31,4% suku bunga berada di 0,75% - 1,00%.
Artinya, pasca rilis data inflasi tersebut, pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan meski rupiah melemah kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah tipis dua hari beruntun setelah sebelumnya tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran Rp 14.220/US$.
Peluang penguatan rupiah masih ditopang pola Shooting Star yang dibentuk pada Jumat (5/11). Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun, artinya rupiah berpeluang menguat di pekan ini.
Meski demikian, untuk menguat lebih lanjut rupiah harus menembus MA 50 secara konsisten dengan target ke Rp 14.200/US$ hingga Rp 14.170/US$.
Sementara itu jika kembali melewati Rp 14.300/US$, rupiah berisiko melemah kes kisaran Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.330/US$ yang berada di kisaran MA 100 dan 200.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211111163555-17-290828/kabar-buruk-terus-menghantui-rupiah-masih-tahan-banting