Posted on: Friday, November 5, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin hingga menyentuh level terlemah dalam lebih dari dua bulan terakhir. Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) menjadi penggerak utama pasar valuta asing (valas).
Rupiah tercatat melemah 0,28% ke Rp 14.335/US$ di pasar spot. Rupiah kini sudah melemah 4 hari bertuntun dengan total 1,27%. Tekanan bagi rupiah masih akan besar pada perdagangan Jumat (5/11) melihat indeks dolar AS yang melesat 0,5% pada perdagangan Kamis kemarin.
Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021. Pada April-Juni 2021, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Akan tetapi, laju yang cepat itu tidak bertahan lama. Badan pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 yang kemungkinan angkanya jauh melambat.
Median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air pada kuartal III-2021 tumbuh 3,61% yoy. Proyeksi tertinggi adai di 4,5% yoy dan terendah 3,23% yoy.
Pengetatan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat gelombang kedua pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu pelambatan ekonomi tersebut.
Secara teknikal, rupiah yang mengakhiri perdagangan di atas Rp 14.300/US$ membuatnya batal membentuk wave 5 Elliott Wave yang merupakan lanjutan tren bullish.
Dalam Elliott Wave, ada aturan jika wave 4 yang merupakan fase koreksi tidak boleh melewati level ujung wave 1.
Ujung wave 1 pada pergerakan rupiah berada di Rp 14.300/US$, artinya pola Elliott Wave sudah dipatahkan.
Level Rp 14.300/US$ merupakan Fibonacci Retracement 61,8% yang ditarik sepanjang wave 3, sehingga menjadi resisten kuat yang akan menahan pelemahan rupiah. Ketika level tersebut ditembus, rupiah berisiko tertekan.
Tekanan bagi rupiah kini cukup besar, sebab berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, serta persis berada di MA 100 di kisaran Rp 14.330/US$.
Artinya, selama tertahan di atas level tersebut rupiah berisiko melemah ke 14.375/US$ hingga Rp 14.400/US$. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar jika melewati level tersebut.
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian kini sudah masuk ke wilayah jenuh beli (overbought), rupiah punya peluang menguat.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mengalami overbought, maka harga berpotensi bergerak turun, artinya rupiah berpeluang menguat.
Jika kembali ke bawah Rp 14.330/US$ dan bertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.300/US$. Target penguatan selanjutnya di Rp 14.260/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211104170231-17-289086/batal-bentuk-wave-5-rupiah-bisa-jeblok-lewati-rp-14400-us-