Posted on: Wednesday, November 3, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Memasuki bulan November, rupiah terus mengalami tekanan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Awal pekan kemarin, rupiah merosot 0,56% dan turun lagi meski tipis 0,04% ke Rp 14.250/US$.
Perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (2/11) dini hari waktu Indonesia. Artinya tinggal dalam hitungan jam, sehingga rupiah akan berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Rabu (2/11).
The Fed hampir pasti akan mengumumkan tapering, tetapi seberapa agresif masih belum diketahui. Pasar saat ini memprediksi tapering akan sebesar US$ 15 miliar setiap bulan dari level saat ini US$ 120 miliar per bulan. Sehingga perlu waktu 8 bulan hingga QE menjadi nol atau selesai.
Pasar sebenarnya sudah menakar akan terjadinya tapering, dan rupiah juga siap. Sebab kondisi fundamental dalam negeri yang jauh lebih bagus ketimbang 2013, ketika tapering membuat rupiah terpuruk.
Meski demikian, jika The Fed agresif dalam melakukan tapering, spekulasi The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun depan akan menguat. Hal ini yang bisa membuat rupiah terpukul.
Secara teknikal, rupiah kini berada di gelombang (wave) ke-empat dari Elliott Wave, yang merupakan fase koreksi. Wave 4 sudah terjadi sejak pertengahan Oktober lalu, rupiah pun terus melemah melawan dolar AS.
Area di kisaran Rp 14.250/US$ merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik sepanjang wave 3, sehingga menjadi resisten kuat yang akan menahan pelemahan rupiah. Sementara itu Fib. Retracement 61,8% berada di kisaran Rp 14.300/US$, dan level tersebut juga berada di sekitar ujung wave 1.
Artinya, jika rupiah melewati Rp 14.300/US$, maka peluang untuk membentuk wave 5 (berlanjutnya tren bullish) menjadi lenyap.
Oleh karena itu, level Rp 14.300/US$ akan menjadi kunci penguatan rupiah.
Jika mampu bertahan di bawahnya, maka wave 5 akan terbentuk, dan rupiah berpeluang menembus Rp 14.000/US$.
Peluang tersebut semakin terbuka melihat indikator stochastic pada grafik harian kini sudah mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mengalami overbought, maka harga berpotensi bergerak turun, artinya rupiah berpeluang menguat.
Untuk hari ini, selama bertahan di bawah Rp 14.250/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.200/US$ pada hari ini.
Sementara, jika menembus Rp 14.250/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.300/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211102172832-17-288488/kurang-dari-24-jam-tapering-diumumkan-rupiah-terpuruk-lagi