Posted on: Thursday, October 28, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah masih berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini dengan kecenderungan melemah. Kemarin rupiah tercatat melemah 0,14% ke Rp 14.170/US$. China mengirim sentimen negatif yang membuat rupiah tertekan.
Kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat China kembali menerapkan lockdwon di beberapa wilayah.
Sementara pada hari ini, Kamis (28/10), rupiah masih akan sulit untuk bangkit, sebab pelaku pasar menanti rilis data pertumbuhan ekonomi AS malam ini. Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) AS "hanya" tumbuh 2,8% di kuartal III-2021, melambat dari sebelumnya 6,7%.
Pelambatan ekonomi AS bisa memberikan tekanan bagi mata uangnya. Indeks dolar AS pada perdagangan Rabu kemarin melemah 0,1% ke 93,85.
Tetapi bukan berarti rupiah bisa mulus menguat. Sebab dolar AS juga menyandang status safe haven, yang bisa menarik minat investor kala perekonomian dunia melambat.
Oleh karena itu, volatilitas tinggi bisa terjadi di pasar mata uang, dan rupiah akan kembali berfluktuasi.
"Anda akan melihat volatilitas yang lebih besar saat ini," kata Ed Moya, analis di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sebab belum terjadi pergerakan besar. Rupiah masih berada di gelombang (wave) ke-empat dari Elliott Wave terus melemah, yang merupakan fase koreksi, sebelum membentuk wave 5 yang merupakan berlanjutnya tren penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.
Rupiah sebelumnya mencapai puncak wave 3 terlihat dari pola Doji yang dibentuk pada Jumat (15/10). Secara psikologis, Doji menjadi indikasi pelaku pasar sedang bingung menentukan arah, apakah lanjut menguat, atau terkoreksi.
Selain itu indikator stochastic pada grafik harian sebelumnya juga berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mengalami oversold, maka harga berpotensi bergerak naik, artinya rupiah mengalami pelemahan. Rupiah sudah keluar dari oversold dan Stochastic bergerak naik.
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 14.150/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 23,6% yang ditarik pada wave ke 3. Area ini sebelumnya menjadi resisten terdekat. Artinya jika bertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.185/US$ yang kemarin sudah sempat disentuh.
Risiko koreksi wave 4 bisa mencapai Rp 14.250/US$ (Fib. Retracement 50%) di pekan ini.
Namun, jika kembali bawah Fib. Retracement 23,6%, rupiah berpeluang menguat hari ini, dengan target ke area Rp 14.070/US$ menjadi support terdekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211027172341-17-287013/dear-rupiah-sudah-siap-hadapi-volatilias-tinggi