Posted on: Wednesday, October 13, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah akhirnya kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa kemarin. Tekanan bagi Mata Uang Garuda masih cukup besar pada hari ini, Rabu (13/10), sebab ada beberapa kabar kurang bagus dari luar negeri.
Melansir data Refinitiv, rupiah kemarin sebenarnya menguat di awal perdagangan. Tetapi sekali lagi mentok di Rp 14.200/US$. Rupiah setelahnya mengalami pelemahan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.215/US$, atau melemah 0,07%.
Kabar kurang sedap datang dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 5,9%, dari perhitungan sebelumnya 6,0% pada Juli, karena penyebaran virus Covid-19 varian delta.
Selain itu, IMF juga memperingatkan bank sentral di dunia seperti The Federal Reserve (The Fed) agar bersiap untuk menaikkan suku bunga seandaianya inflasi lepas kendali.
Para pejabat The Fed sebelumnya sudah menyatakan jika suku bunga merupakan senjata utamanya dalam melawan inflasi yang berada di level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Amerika Serikat akan merilis data inflasi malam ini, sehingga pelaku pasar akan memilih wait and see, dan situasi tersebut menjadi kurang menguntungkan bagi rupiah.
Secara teknikal, sejak bulan September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.
Sideways artinya rupiah cenderung bergerak dalam rentang harga tersebut. Meski batas atasnya sempat ditembus dua pekan lalu, tetapi rupiah kini bisa diuntungkan dari munculnya Dragonfly Doji. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, jika muncul saat tren naik maka harga berpotensi berbalik turun.
Mengingat rupiah disimbolkan USD/IDR, jika berbalik turun artinya rupiah menguat. Dan benar saja, sejak muncul pola tersebut rupiah mengalami penguatan.
Alhasil rupiah kembali berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.
Sementara itu, melihat indikator Stochastic pada grafik 1 jam yang belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold) membuat ruang penguatan rupiah masih terbuka. Tetapi sekali lagi harus menembus area Rp 14.200/US$ masih menjadi support terdekat, dengan target ke Rp 14.185/US$ hingga Rp 14.170/US$.
Sementara resisten berada di kisaran Rp 14.230/US$, jika dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.250/US$ hingga Rp 14.280/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211013074854-17-283470/imf-minta-the-fed-bersiap-naikkan-suku-bunga-rupiah-waspada