Posted on: Tuesday, October 12, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah sukses menguat lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan kemarin. Meski demikian, rupiah masih mentok di Rp 14.200/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.205/US$, atau menguat 0,11% di pasar spot.
Rupiah belum mampu melaju kencang sebab ekspektasi tapering masih berada pada jalurnya, meski pada Jumat lalu data tenaga kerja AS dirilis mengecewakan. Bank sentral AS (The Fed) diperkirakan tetap akan mengumumkan tapering pada bulan November atau Desember.
"Data tenaga kerja yang utama jauh di bawah ekspektasi, sudah pasti. Tetapi, detail menunjukkan tidak terlalu buruk, jadi itu konsisten dengan proyeksi pengumuman tapering pada bulan November," kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang di TD Securities New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Hal Senada juga diungkapkan Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, yang melihat dolar AS masih cukup kuat.
"Pergerakan harga dolar menunjukkan pelaku pasar masih melihat potensi penguatan dolar AS, sebab tidak ada perubahan ekspektasi tapering akan diumumkan November atau Desember, dan kenaikan suku bunga pertama pada musim gugur 2022" kata Schamotta, sebagaimana dilansir CNBC International.
Rupiah patut waspada akan kebangkitan dolar AS pada perdagangan Selasa (12/11). Apalagi sentimen pelaku pasar sedang memburuk, terlihat dari merosotnya bursa saham AS. Dalam kondisi tersebut, dolar AS akan lebih diuntungkan karena dianggap sebagai safe haven.
Secara teknikal, sejak bulan September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.
Sideways artinya rupiah cenderung bergerak dalam rentang harga tersebut. Meski batas atasnya sempat ditembus dua pekan lalu, tetapi rupiah kini bisa diuntungkan dari munculnya dragonfly doji. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, jika muncul saat tren naik maka harga berpotensi berbalik turun.
Mengingat rupiah disimbolkan USD/IDR, jika berbalik turun artinya rupiah menguat. Dan benar saja, sejak muncul pola tersebut rupiah mengalami penguatan.
Alhasil rupiah kembali berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.
Sementara itu, melihat indikator Stochastic pada grafik 1 jam yang belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold) membuat ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar.
Area Rp 14.200/US$ masih menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah berpeluang ke Rp 14.185/US$ hingga Rp 14.170/US$.
Sementara resisten berada di kisaran Rp 14.230/US$, jika dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.250/US$ hingga Rp 14.280/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211012080937-17-283157/rupiah-mau-menguat-lagi-lewati-dulu-rp-14200-us-