Posted on: Thursday, October 7, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Di saat harga saham dan obligasi pemerintah menguat, nilai tukar rupiah cenderung melemah Rabu kemarin (6/10). Namun koreksi terhadap mata uang Garuda tipis saja.
Di hadapan dolar AS, rupiah melemah 0,07% ke level Rp 14.250/US$. Rupiah masih stabil di bawah Rp 14.300/US$ dalam sebulan terakhir.
Tercatat rupiah sempat keluar jalur dan tembus ke atas Rp 14.300/US$ di akhir September. Namun setelah itu rupiah berbalik menguat lagi.
Inflow di pasar keuangan terutama saham masih terbilang besar. Dalam satu bulan terakhir asing mencatatkan net buy di pasar reguler sebesar Rp 16,3 triliun.
Selain flow dana asing, ada beberapa sentimen lain yang patut dicermati untuk perdagangan hari ini, Kamis (7/10).
Semalam tiga indeks saham bursa New York kompak ditutup menguat. Kenaikan bursa saham Paman Sam dipicu oleh kongres yang melunak terkait plafon utang AS (debt ceiling).
Di sisi lain investor juga masih terus mencermati adanya gelombang gagal bayar obligasi dari pengembang properti China. Setelah Evergrande kini giliran Fantasia Holdings dan Sinic Holdings.
Khusus Fantasia sudah mengalami gagal bayar (default), sementara Sinicberpotensi default.
Semakin banyak pengembang properti yang default dikhawatirkan bakal berdampak sistemik dan mengglobal sehingga bisa menggoyang pasar keuangan dunia.
Dari dalam negeri akan ada rilis data cadangan devisa untuk bulan September. Konsensus memperkirakan cadangan devisa akan turun namun tetap berada di kisaran level tertingginya di atas US$ 140 miliar. Dengan cadangan devisa yang memadai stabilitas rupiah akan tetap terjaga.
Untuk melihat arah pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini, berikut ulasan teknikalnya.
Pergerakan rupiah dengan mengguakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, rupiah berada di area batas tengah dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan rupiah selanjutnya cenderungsideways.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 14.200. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 14.358.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 40 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan rupiah cenderung netral alias sideways.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas tengah dan kembali melebar, maka pergerakan rupiah selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral.
Rupiah perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211007063933-17-281998/tak-bertenaga-rupiah-sepertinya-malas-gerak-nih-hari-ini