Posted on: Tuesday, October 5, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Nilai tukar rupiah berhasil mengalami apresiasi dan tembus ke bawah Rp 14.300/US$ pada perdagangan Senin kemarin (4/10). Salah satu faktor pemicunya adalah kenaikan harga saham, obligasi pemerintah dan juga harga komoditas unggulan ekspor Tanah Air.
Di pasar spot rupiah tercatat menguat 0,28% sementara di kurs tengah BI rupiah mengalami kenaikan 0,27% terhadap dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,83% ke level 6.342,69. Sementara itu harga obligasi pemerintah berdenominasi rupiah mengalami kenaikan yang tercermin dari penurunan yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakanyieldacuan obligasi negara berbalik melemah 2,6 bp ke level 6,333% pada hari ini.
Harga tiga komoditas energi utama seperti batu bara, minyak dan gas masih melanjutkan reli.
Terakhir harga kontrak batu bara acuan ditutup tembus US$ 249/ton. Harga kontrak minyak Brent berada di level US$ 81,26/barel sementara gas alam Asia di US$ 32/MMBtu.
Di sisi lain, indeks dolar AS juga mengalami pelemahan. Kemarin, indeks dolar AS ditutup melemah 0,25% ke level 93,8.
Kelanjutan uptrend harga komoditas dan pelemahan dolar AS bisa menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah.
Namun di sisi lain, anjloknya bursa Wall Street di AS semalam dan adanya risiko profit taking di aset berisiko seperti saham setelah melesat tinggi juga membayangi mata uang Garuda.
Bagaimanakah arah pergerakan rupiah untuk hari ini? Berikut adalah analisis teknikalnya.
Pergerakan rupiah dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Saat ini, rupiah sudah mepet dengan level resistance terdekatnya. Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, rupiah perlu melewati level resistance terdekat yang berada di area Rp 14.258/US$.
Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area Rp 14.280/US$.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 36,96. Tren RSI Dolar AS terhadap rupiah cenderung flat sehingga. Di sisi lain garis BB yang melebar mengindikasikan volatilitas juga meningkat.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211005083007-17-281433/jadi-kesayangan-pelaku-pasar-rupiah-masih-punya-tenaga