Posted on: Monday, October 4, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Nilai tukar rupiah cenderung melemah di hadapan dolar AS sepanjang pekan lalu. Lantas bagaimana kemungkinan pergerakan rupiah untuk pekan ini?
Dalam sepekan rupiah melemah 0,35% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot. Dolar AS sudah kembali ke atas Rp 14.300. Rupiah pun menjadi yang terlemah di Asia.
Untuk perdagangan kali ini, Senin (4/10), sentimen yang perlu dicermati investor adalah krisis energi yang melanda berbagai belahan dunia.
Pangkal masalahnya adalah harga gas alam yang semakin mahal. Minggu ini, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45%. Sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd), harga gas alam meroket 118,35%.
Harga gas yang semakin mahal membuat biaya pembangkitan listrik dengan bahan bakar ini kian tidak ekonomis. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh.
Namun Eropa dan China sudah terlanjur punya komitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara yang dinilai tidak ramah lingkungan. Dengan harga gas yang naik terus, perburuan terhadap sumber-sumber energi primer pun menggila. Bahkan batu bara yang sempat dicuekin kini kembali dilirik.
Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara dan CPO. Kenaikan harga dua komoditas ini tentu akan mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Tidak hanya menggairahkan perekonomian nasional, kenaikan ekspor juga akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Pergerakan rupiah dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, rupiah sudah mepet dengan level resistance terdekatnya.
Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, rupiah perlu melewati level resistance terdekat yang berada di area Rp 14.305/US$. Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area Rp 14.333/US$.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 55,45. Tren RSI Dolar AS terhadap rupiah cenderung turun sehingga membuka peluang rupiah untuk menguat. Di sisi lain garis BB yang menyempit mengindikasikan volatilitas juga menurun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211004075919-17-281091/sepekan-digempur-rupiah-siap-balas-dendam