Posted on: Thursday, September 30, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah lagi-lagi tanpa perlawanan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin. Kenaikan yield obligasi AS (Treasury) terus mendongkrak kinerja the greenback, rupiah pun tak sempat mencicipi zona hijau dalam 2 hari terakhir.
Tetapi, yield Treasury akhirnya turun kemarin, yang membuka ruang penguatan rupiah pada perdagangan Kamis (30/9).
Kemarin yield Treasury turun 2,25 basis poin ke 1,5236%, setelah naik 4 hari beruntun dengan total 18,57 basis poin.
Tetapi jika yield tersebut kembali naik, maka patut waspada.
Pergerakan yield Treasury menjadi indikasi proyeksi pasar terhadap suku bunga The Fed. Ketika yield Treasury naik, maka pasar melihat bank sentral AS ini akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Pelaku pasar mulai mencerna kembali peluang kenaikan suku bunga di AS pada tahun depan, meski inflasi tinggi, salah satu indikator lainnya yakni pasar tenaga kerja dikatakan masih belum cukup untuk menaikkan suku bunga.
Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, yang memberikan testimoni kemarin menyatakan perekonomian saat ini masih jauh dari target tenaga kerja maksimum.
Artinya, ada kemungkinan suku bunga tidak akan dinaikkan di tahun depan.
"Pada pekan lalu saya mengatakan kami sudah mencapai target untuk memulai tapering. Saya perjelas lagi, dalam pandangan kami, masih jauh untuk mencapai target tenaga kerja maksimum," kata Powell di hadapan Kongres AS.
Secara teknikal, sepanjang September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.
Rupiah kemarin melewati batas atas tersebut, tetapi masih belum jauh. Artinya mengalami weak breakout, sehingga tekanan bagi rupiah belum besar.
Malah, rupiah kini bisa diuntungkan dari munculnya dragonfly doji. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, jika muncul saat tren naik maka harga berpotensi berbalik turun. Mengingat rupiah disimbolkan USD/IDR, jika berbalik turun artinya rupiah menguat.
Selain itu, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.
Sementara itu, melihat indikator Stochastic harian yang berada di wilayah overbought dan pada grafik 1 jam juga turun dari wilayah tersebut, peluang penguatan rupiah semakin besar.
Resisten berada di kisaran Rp 14.290/US$ hingga Rp 14.300/US$ yang merupakan MA 200 menjadi penahan pelemahan rupiah. Tetapi jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.320/US$ (level tertinggi Rabu kemarin), sebelum menuju menuju Rp 14.350/US$.
Support berada di kisaran Rp 14.250/US$ yang menjadi target penguatan hari ini. Jika dilewati rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20210930070359-17-280251/ada-dragonfly-doji-rupiah-bisa-pukul-balik-dolar-as