Corporate Action

 

Dolar AS Lagi Ngamuk, Semoga Rupiah Kuat!

Posted on: Friday, September 17, 2021

 

Jakarta, CNBC Indonesia

Rupiah di awal perdagangan Kamis kemarin sangat garang melawan dolar Amerika Serikat (AS), melesat 0,42% ke Rp 14.180/US$. Sayanganya, semakin siang penguatan makin terpangkas hingga akhirnya tumbang, berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.250/US$.

Sementara pada perdagangan hari ini, Jumat (17/9) hal sebaliknya bisa terjadi, rupiah berisiko jeblok di pembukaan. Sebab, indeks dolar AS mengamuk kemarin pasca rilis data penjualan ritel. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut melesat 0,41% ke 92,93. Pada Agustus 2021, penjualan ritel di Negeri Adidaya tumbuh 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Jauh membaik ketimbang Juli 2021 yang minus 1,8% mtm. Juga jauh lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan minus 0,8%.

"Konsumsi di AS tidak berkurang sebanyak yang diperkirakan. Ekonomi masih bergeliat," ujar Chris Low, Kepala Ekonom FHN Financials yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters. Rebound penjualan ritel tersebut membuat pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pekan depan kembali menarik. Sebelumnya, rapat kebijakan moneter The Fed bulan ini diperkirakan akan antiklimaks, sebab data tenaga kerja yang mengecewakan, serta inflasi yang melambat, membuat bank sentral paling powerful di dunia ini tidak perlu buru-buru melakukan tapering. Saat ini, pelaku pasar melihat November atau Desember menjadi bulan pertama tapering, dan pengumuman The Fed pekan depan bisa jadi memberikan lebih banyak detail.

Secara teknikal, rupiah belakangan ini masih bolak balik, sehingga mempertegas outlook netral, sebab ada faktor yang menekan ada juga yang mendukung. Kombinasi Stochastic yang jenuh jual (oversold) serta pola hammer membuat rupiah berisiko terkoreksi.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Tetapi, Stochastic kini sudah mulai keluar dari wilayah oversold, sehingga tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR sedikit berkurang.

Sementara itu pola Hammer, yang menjadi sinyal pembalikan arah masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah. Pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$. Meski demikian, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang mendukung penguatan. Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS.

Rupiah kini berada di resisten Rp 14.250/US$. Jika kembali ke atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$. Sementara support terdekat kini masih berada di kisaran Rp 14.230/US$, jika dilewati maka target selanjutnya Rp 14.200/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat menuju Rp 14.170/US$.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210917075219-17-276998/dolar-as-lagi-ngamuk-semoga-rupiah-kuat"