Posted on: Tuesday, September 14, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Rupiah mengawali pekan ini dengan melemah 0,35% ke Rp 14.250/US$, setelah sebelumnya sukses membukukan penguatan 3 minggu berturut-turut. Meski demikian, peluang rupiah kembali ke zona hijau terbuka lebar pada perdagangan Selasa (14/9).
Kabar baik datang dari dalam negeri, pemerintah kemarin kembali melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan diperpanjang hingga 20 September mendatang. "Seiring dengan kondisi Covid-19 membaik, implementasi protokol kesehatan, dan aplikasi Peduli Lindungi, ada penyesuaian yang dilakukan dalam periode minggu ini.
Pembukaan bioskop dengan kapasitas 50% di kota Level 2 dan 3 dengan kewajiban aplikasi Peduli Lindungi setra protokol kesehatan ketat. Hanya kategori hijau yang diizinkan masuk area bioskop. "Lokasi wisata dibuka dengan protokol kesehatan ketat dan Peduli Lindungi di kota Level 3. Namun ada penerapan ganjil-genap di tempat wisata mulai Jumat sampai Minggu," terang Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi.
Dengan pelonggaran tersebut, roda bisnis tentunya berputar lebih cepat, dan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia, begitu juga ke pasar finansial.
Sementara itu indeks dolar AS yang kemarin sempat menyentuh level tertinggi sejak 27 Agustus harus memangkas penguatan tersebut, dan berlanjut melemah tipis 0,07% pagi ini. Padahal, para pejabat elit bank sentral AS (The Fed) dikabarkan ingin melakukan tapering di bulan November, sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal.
Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pernah terjadi di tahun 2013 dan memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum. Tetapi dampak tapering kali ini diperkirakan tidak akan sedahsyat 2013, sebab komunikasi The Fed dengan pasar dikatakan bagus.
Secara teknikal, kombinasi Stochastic yang jenuh jual (oversold) serta pola hammer membuat rupiah terkoreksi. Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Tetapi, Stochastic kini sudah mulai keluar dari wilayah oversold, sehingga tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR sedikit berkurang. Sementara itu pola Hammer, yang menjadi sinyal pembalikan arah masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah.
Pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$. Meski demikian, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200.
Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS. Rupiah kini berada di resisten Rp 14.250/US$. Jika tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$.
Sementara support terdekat kini masih berada di kisaran Rp 14.230/US$, jika dilewati maka target selanjutnya Rp 14.200/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa Rupiah menguat menuju Rp 14.170/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210914075856-17-276002/ppkm-makin-longgar-rupiah-siap-bersinar-lagi"