Posted on: Thursday, September 9, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Laju impresif rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) terhenti pada perdagangan Rabu kemarin. Rupiah melemah 0,28% ke Rp 14.250/US$, dan mengakhiri penguatan dalam 4 hari beruntun. Tekanan bagi rupiah berisiko berlanjut pada perdagangan hari ini, Kamis (9/9/2021), sebab sentimen pelaku pasar sedang memburuk, terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang terus merosot.
Selain itu, mata uang emerging market (EM) yang memiliki imbal hasil tinggi begitu juga dengan risikonya diperkirakan akan mengalami volatilitas yang tinggi, serta aksi jual (sell off) dalam 3 bulan ke depan. Sebabnya, tentu saja bank sentral AS (The Fed) yang akan melakukan tapering.
Reuters mengadakan survei pada periode 30 sampai 2 Agustus, mayoritas mengatakan pelemahan dolar AS hanya bersifat sementara, sebab ketika The Fed resmi melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) maka hal itu akan mendorong kenaikan yield obligasi AS (Treasury), dan dolar akhirnya akan menguat. Indeks dolar AS kini sudah mulai menanjak, membukukan penguatan 2 hari beruntun, dan pagi ini masih naik lagi.
Sebanyak 80% dari 57 analis yang disurvei mengatakan volatilitas akan meningkat 3 bulan ke depan. Sementara itu sebanyak 55% dari 58% analis mengatakan sell off mata uang emerging market mungkin akan terjadi, dan 3% mengatakan sangat mungkin. Hasil survei tersebut juga menunjukkan mayoritas mata uang emerging market diperkirakan melemah dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, termasuk mata uang yang disebut "fragile five" yakni real Brasil, rupee India, lira Turki, rand Afrika Selatan, dan rupiah.
Secara teknikal, kombinasi Stochastic yang jenuh jual (oversold) serta pola hammer membuat rupiah tertekan kemarin. Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya, ketika belum mencapai wilayah oversold, rupiah yang disimbolkan USD/IDR artinya ada risiko berbalik arah alias rupiah melemah. Apalagi, kini muncul pola Hammer, yang menjadi sinyal pembalikan arah.
Pola Hammer tersebut akan menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan kemarin rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200. Rupiah juga berada bawah Bullish Trend Line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$, yang merupakan MA 200. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.310/US$ hingga Rp 14.330/US$. Sementara support berada di kisaran Rp 14.200/US$, yang akan menahan jika rupiah mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210909080907-17-274829/awas-rupiah-hawa-hawa-sell-off-mata-uang-sudah-datang"