Posted on: Monday, August 30, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia
Nilai tukar rupiah kembali ke zona hijau pada perdagangan Senin (30/8/2021) setelah menguat 0,24% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Pergerakan rupiah sangat dipengaruhi isu tapering sepanjang pekan lalu, begitu juga di pekan ini.
Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral AS (The Fed) di tahun ini bukan sekedar isu. The Fed sendiri yang mengindikasikan hal tersebut dari rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi Juli.
Simposium Jackson Hole di AS pada hari Jumat pun menjadi perhatian pelaku pasar, sebab ketua The Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan. Benar saja, Powell memberikan petunjuk yang tentunya berdampak pada pasar finansial Indonesia di pekan depan. Powell sepakat dengan mayoritas koleganya jika tapering "akan tepat dilakukan di tahun ini.
Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespon penyataan tersebut, yang berarti direspon positif oleh pelaku pasar dan mengalirkan investasinya ke aset berisiko. Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikan tapering dengan pasar efektif meredam gejolak yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013, atau yang dikenal dengan istilah taper tantrum.
Selain itu, The Fed juga menyatakan saat tapering selesai artinya sudah tidak ada lagi QE, hal tersebut bukan berarti langkah The Fed selanjutnya akan menaikkan suku bunga.
"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.
Artinya, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di rekor terendah 0,25% dalam beberapa waktu ke depan setelah QE selesai. Hal tersebut lagi-lagi memberikan sentimen positif ke aset-aset berisiko, tetapi tidak untuk dolar AS.
Pada perdagangan Jumat lalu, indeks dolar AS merosot 0,4%, dan selama sepekan anjlok 0,87% yang tentunya membuka peluang rupiah menguat di awal pekan ini. Namun, mulai pertengahan pekan pelaku pasar akan lebih berhati-hati, sebab ada rilis data tenaga kerja AS yang merupakan acuan The Fed dalam menetapkan tapering. Di hari Rabu, akan ada data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing Inc (ADP) yang biasa dijadikan acuan dan memprediksi data tenaga kerja versi pemerintah AS yang akan dirilis hari Jumat. Selain itu dari dalam negeri ada data aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) serta data inflasi yang akan mempengaruhi pergerakan pasar saham, rupiah, hingga SBN.
ISH Markit akan melaporkan data PMI manufaktur bulan Agustus pada Rabu (1/9/2021). Di bulan Agustus pemerintah mulai melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, sehingga ada peluang aktivitas manufaktur akan membaik.
PMI manufaktur menggunakan angka 0 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya berarti ekspansi. Pada bulan Juli lalu PMI ini jeblok ke level 40,1 dari bulan Juni 53,5. Sementara itu data inflasi akan dirilis pada Kamis (2/9/2021). Kini yang dinanti adalah kenaikan inflasi, sebab menjadi indikasi daya beli masyarakat meningkat.
Selain itu, pelaku pasar juga akan menanti apakah PPKM akan kembali dilonggarkan pada hari ini, melihat penambahan kasus penyakit akibat virus corona sudah menunjukkan penurunan yang signifikan.
Secara teknikal, rupiah masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), tetapi sudah di atas MA 100 di kisaran Rp 14.400/US$. Indikator stochastic bergerak turun, setelah sebelumnya sempat mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Jika kembali ke bawah MA 100, rupiah berpotensi menguat menguat ke Rp 14.370/US$ hingga 14.350/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.300/US$ di pekan ini. Sebaliknya, jika MA 50 yang berada di kisaran Rp 14.440/US$ hari ini ditembus, rupiah berisiko ke Rp 14.470/US$. Penembusan ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah ke Rp 14.500/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210830100325-17-272163/taper-tantrum-menciut-rupiah-tembus-rp-14300-us--pekan-ini"