Posted on: Friday, August 6, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin setelah membukukan penguatan 6 hari beruntun. Sebelum melemah, selama 3 hari pertama di pekan ini rupiah mampu menguat lebih dari 1% dan berada di level terkuat sejak pertengahan Juni. Sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking).
Apalagi dolar AS mendapat tenaga untuk bangkit dari keterpurukan setelah wakil ketua bank sentral AS (The Fed) Richard Clarida yang mengindikasikan tapering bisa dilakukan tahun ini, dan suku bunga naik di awal 2023.
Sementara itu rupiah sebenarnya mendapat sentimen positif dari data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Output ekonomi yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 7,07% dibandingkan kuartal II-2020 (year-on-year/yoy). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB akan tumbuh 6,505% yoy. Sedangkan konsensus pasar versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6,57% yoy pada April-Juni 2021.
Ini merupakan pertumbuhan PDB pertama setelah mengalami kontraksi selama 4 kuartal beruntun, artinya Indonesia sah keluar dari resesi.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (6/8/2021) rilis data cadangan devisa Indonesia akan menjadi penggerak rupiah. Trading Economics memperkirakan cadangan devisa bakal naik menjadi US$ 138 miliar per akhir Juli, naik dari sebelumnya US$ 137,09 miliar.
Peningkatan cadangan devisa berarti Bank Indonesia (BI) akan punya lebih banyak "amunisi" untuk menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak.
Sementara itu, dolar AS hari ini akan menanti rilis data tenaga kerja yang merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan waktu tapering. Penantian tersebut terlihat dari pergerakan volatil indeks dolar AS kemarin sebelum melemah tipis 0,03%. Maklum saja, data tenaga kerja versi ADP yang dirilis Jumat lalu sangat mengecewakan. Data tersebut biasanya dijadikan gambaran rilis data tenaga kerja versi pemerintah hari ini.
Sebelum data dirilis malam nanti, dolar AS masih akan bergerak naik turun dan bisa menjadi peluang bagi rupiah untuk menguat. Jika data tenaga kerja AS mengecewakan sama dengan ADP, maka tren "buang" dolar AS akan berlanjut.
Secara teknikal, koreksi rupiah kemarin belum merubah level-level yang harus diperhatikan. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$, jika dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$.
Rupiah masih memilik potensi menguat, sebab kini bergerak di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100. Apalagi indikator stochastic belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika rupiah yang disimbolkan USD/IDR mencapai wilayah oversold, maka ada kemungkinan berbalik naik, artinya rupiah melemah.
Jika kali ini mampu menembus Rp 14.300/US$, target penguatan rupiah selanjutnya di Rp 14.270/US$ hingga Rp 14.260/USS atau MA 200 yang akan menjadi support kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210806073032-17-266523/rupiah-siap-siap-tren-buang-dolar-bisa-berlanjut-lagi"