Posted on: Wednesday, August 4, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam 0,55% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.340/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 17 Juni lalu. Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Dolar AS yang sedang terpuruk serta harapan akan adanya pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 menjadi penopang penguatan rupiah, dan berpotensi lanjut lagi pada perdagangan Rabu (4/8/2021).
Harapan tersebut semakin menguat jika melihat tren kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) belakangan ini. Dalam 7 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona di Tanah Air bertambah 33.900 orang per hari. Turun cukup tajam dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yakni 41.411 orang setiap harinya.
Selain itu, obligasi Indonesia dengan imbal hasil yang relatif tinggi sangat menarik minat investor. Penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pemerintah kemarin sebesar Rp 107,8 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 95,6 triliun, sekaligus menjadi rekor tetinggu kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN.
Dari incoming bids tersebut, yang dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.
Selain itu, tingkat partisipasi investor asing juga meningkat di lelang kemarin, yakni sebesar 11,6% dari sebelumnya 7,6%. Tingginya minat terhadap obligasi Indonesia menjadi indikasi adanya aliran modal masuk ke dalam negeri, yang membuat rupiah perkasa.
Secara teknikal, rupiah sukses mencapai target penguatan RP 14.350/US$ kemarin bahkan melewati level tersebut.
Tanda-tanda penguatan rupiah sudah terlihat di hari Senin setelah sukses break out batas bawah pola Rectangle di Rp 14.450/US$.
Pola tersebut sudah terbentuk sejak akhir Juni lalu, artinya selama 1 bulan rupiah bergerak di dalam Rectangle, sehingga penembusan salah satu batasnya menjadi penting menentukan kemana rupiah melangkah.
Batas atas pola tersebut berada di kisaran Rp 14.550/US$, artinya ada jarak Rp 100 dari batas bawah. Sehingga target penguatannya juga Rp 100 di bawah Rp 14.450/US$, dan sudah tercapai kemarin.
Rupiah masih memilik potensi menguat, sebab kini bergerak di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100. Apalagi indikator stochastic belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold)
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika rupiah yang disimbolkan USD/IDR mencapai wilayah oversold, maka ada kemungkinan berbalik naik, artiknya rupiah melemah.
Target pembuatan rupiah ke Rp 14.300/US$, jika mampu dilewati mata rupiah berpeluang menguat ke Rp Rp 14.270/US$ atau MA 200 yang akan menjadi support kuat.
Sementara Rp 14.400/US$ akan menjadi resisten terdekat yang akan menahan pelemahan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20210804063258-17-265905/banjir-duit-di-pasar-obligasi-ri-rupiah-siap-juara-lagi"