Posted on: Friday, July 2, 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.500/US$ Kamis kemarin, saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiataan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat Resmi diumumkan. Namun, bukan itu yang menekan rupiah, melainkan dolar AS yang sedang kuat-kuatnya.
Kabar buruknya, laju penguatan indeks dolar AS masih belum terbendung. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kembali menguat 0,17% ke 92,597 yang merupakan level terkuat sejak 6 April. Hingga Kamis, indeks dolar AS sudah menguat selama 7 hari beruntun.
Hal tersebut tentunya memberikan tekanan bagi rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (2/7/2021).
Sementara itu dari dalam negeri, lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) sudah menggerogoti sektor manufaktur.
IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan 53,5.
Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
"Pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia pada Juni mengalami perlambatan akibat gelombang kedua serangan virus corona. Produksi tetap tumbuh dengan kuat meski dampak pandemi perlu dilihat dalam beberapa bulan ke depan.
Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, sehingga berlanjutnya ekspansi menjadi sangat penting guna memulihkan perekonomian.
Laju ekspansi tersebut berisiko melambat lebih jauh, sebab PPKM Mikro Darurat yang lebih ketat kabarnya akan diterapkan pada 3-20 Juli.
Secara teknikal, dalam dua hari terakhir pola-pola yang berpeluang membuat rupiah menguat bermunculan. Pada Rabu lalu, rupiah membentuk pola Shooting Star, kemudian kemarin pola Gravestone Doji.
Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian berada di level 70 atau hampir mencapai wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya rupiah belum memiliki tenaga yang besar untuk menguat, kemungkinan masih akan bergerak tipis-tipis sembari mengumpulkan momentum.
Apalagi rupiah bergerak di atas 3 rerata pergerakan (Moving Average/MA), yakni MA 50 hari, MA 100 hari dan MA 200 hari. Yang tentunya menjadi kabar buruk.
Rupiah masih mampu bertahan di bawah Rp 14.500/US$, selama tidak kembali ke atasnya ada peluang penguatan ke Rp 14.450/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 14.500/US$ Mata Uang Garuda berisiko menguji kembali Rp 14.540/US$ hingga Rp 14.550/US$ sebelum menuju Rp 14.580/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "cnbcindonesia.com/market/20210702074455-17-257592/bosan-tertekan-rupiah-secara-teknikal-tampak-akan-ngamuk"