Posted on: Tuesday, December 15, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar AS di Rp 14.070/US$, setelah berada di zona merah sepanjang perdagangan, bahkan sempat melemah hingga 0,5%.
Rupiah hingga saat ini masih kesulitan untuk mendekati level psikologis Rp 14.000/US$. Tekanan bagi rupiah semakin besar pada hari ini akibat memburuknya sentimen pelaku pasar secara global. Sebab, pembatasan sosial kembali diketatkan di beberapa wilayah.
Walikota New York, Bill De Blasio Senin kemarin mengatakan kemungkinan akan dilakukan "full shutdown" untuk meredam penyebaran Covid-19. Padahal, New York menjadi kota pertama yang dilakukan vaksinasi.
Kemudian dari Inggris, pengetatan pembatasan sosial juga akan dilakukan di London mulai Rabu tengah malam.
Sementara itu, kasus Covid-19 dari dalam negeri juga sedang tinggi-tingginya. Kemarin, jumlah kasus baru tercatat sebanyak 5.489 orang, tetapi sebelumnya dalam 5 hari beruntun selalu di atas 6.000 kasus.
Pada Kamis (3/12/2020) kasus Covid-19 mencatat rekor penambahan 8.369 kasus.
Alhasil, kasus aktif virus corona (Covid-19) terus mengalami tren kenaikan dan menciptakan rekor baru selama 14 hari beruntun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena keterbatasan jumlah rumah sakit dan tenaga kesehatan. Hingga Senin kemarin, kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 93.396 orang.
Guna meredam peningkatan kasus tersebut pemerintah memutuskan untuk melarang kerumunan dan perayaan tahun baru di tempat umum.
Keputusan ini diambil dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali secara virtual di Kantor Maritim pada Hari Senin (14-12-2020) yang dipimpin oleh Menko Marves Luhut B. Pandjaitan. Dia meminta agar implementasi pengetatan ini dapat dimulai pada tanggal 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.
Dengan kebijakan tidak ada party saat tahun baru tersebut, tingkat konsumsi masyarakat, yang merupakan komponen utama pembentukan produk domestik bruto (PDB), berisiko tertekan di penghujung tahun ini. Alhasil, perekonomian Indonesia akan sulit bangkit dari resesi.
Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan sehingga rupiah juga punya peluang untuk menguat. Indeks dolar AS kemarin turun 0,3%. Sementara pagi ini, indeks yang dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS tersebut kembali turun 0,07% ke 90,648, dan berada di level terendah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini memberikan tekanan bagi dolar AS. Ada kemungkinan The Fed akan menambah nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebab hingga saat ini stimulus fiskal di AS masih belum cair dan pasar tenaga kerja AS kembali memburuk.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih dekat level psikologis Rp 14.000/US$. Rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang sudah masuk ke wilayah oversold berarti ada risiko rupiah akan melemah.
Support terdekat di kisaran kisaran Rp 14.050/US$ penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$.
Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berpotensi menuju level Rp 13.810/US$ sebelum akhir tahun.
Sementara itu, resisten berada di kisaran Rp 14.130/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201215083547-17-209095/corona-corona-corona-siap-siap-rupiah-akan-merana"