Posted on: Tuesday, December 8, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.080/US$ pada perdagangan Senin kemarin. membuat sentimen pelaku pasar membaik, meski masih terbebani lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) baik di Indonesia maupun di dunia.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali mengalami penurunan di bulan November, meski cukup tipis. Tetapi, jika melihat ke belakang cadev sudah mengalami penurunan dalam 3 bulan beruntun. Rupiah pun menjadi sulit bangkit di awal perdagangan hari ini.
Cadangan devisa hingga akhir bulan lalu dilaporkan sebesar US$ 133,6 miliar, turun US$ 100 juta dibandingkan Oktober 2020 yaitu US$ 133,7 miliar.
Semakin tinggi cadev, maka BI semakin banyak memiliki amunisi untuk menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, Selasa (8/12/2020), rupiah berpeluang kembali menguat memanfaatkan tekanan yang sedang dialami dolar AS. Indeks dolar AS saat ini masih tertahan di di bawah 91, dan berada di dekat level terendah dalam 2,5 tahun.
Hasil survei terbaru dari Reuters terhadap 72 analis menunjukkan, sebanyak 39% memprediksi dolar AS akan melemah hingga 2 tahun ke depan. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan prediksi lainnya. Sebanyak 10% bahkan memperkirakan dolar AS masih akan melemah lebih dari 2 tahun ke depan.
Sementara itu, 15% melihat pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan dan setelahnya mulai bangkit. 14% meramal pelemahan berlangsung kurang dari 6 bulan, dan 22% lainnya kurang dari 1 tahun.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih dekat level psikologis Rp 14.000/US$. Rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang keluar dari wilayah oversold berarti tekanan bagi rupiah mulai berkurang.
Support terdekat di kisaran kisaran Rp 14.050/US$ penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$.
Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berpotensi menuju level Rp 13.810/US$ sebelum akhir tahun.
Sementara itu, resisten berada di kisaran Rp 14.130/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201208083155-17-207537/dolar-as-lagi-remuk-rupiah-bisa-dekati-rp-14000-us--nih"