Corporate Action

 

Sudah 8 Pekan Rupiah Tak Melemah, Hati-hati Profit Taking!

Posted on: Monday, November 23, 2020

 

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.150/US$ sepanjang pekan lalu meski sempat menguat tajam dalam 2 hari pertama perdagangan.

Perkembangan vaksin virus corona membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan mengalirkan investasinya ke negara-negara berkembang seperti Indonesia, rupiah pun perkasa.

Sementara itu dari dalam negeri pada pekan lalu, Bank Indonesia (BI)

Penurunan suku bunga sebenarnya berdampak negatif bagi rupiah, sebab jumlah uang yang beredar berpotensi bertambah. Selain itu, imbal hasil (invetasi) di Indonesia menjadi menurun, sehingga ada risiko aliran modal asing tersendat.

Tetapi, BI juga memperkirakan inflasi di tahun ini akan rendah di bawah 2%, sehingga real return berinvestasi di dalam negeri masih akan relatif tinggi, dan masih cukup menarik bagi investor asing.

Selain itu, BI juga melaporkan transaksi berjalan (current account) yang mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir. Surplus transaksi berjalan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah.

Ketika rupiah stabil, maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di pasar saham, karena risiko kerugian dari pelemahan kurs menjadi lebih kecil.

Namun, posisi rupiah yang sudah belum pernah melemah dalam 8 pekan terakhir, serta posisinya di dekat level terkuat sejak pertengahan Juni lalu membuat rupiah rentan diterpa aksi ambil untung (profit taking) pada perdagangan hari ini, Senin (23/11/2020). Apalagi sedang ada sentimen negatif dari lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di negara-negara barat, dan di dalam negeri.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR meski melemah cukup tajam tetapi masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.150/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.200/US$, sebelum menuju Rp 14.260/US$.

Sementara itu support terdekat berada di kisaran Rp 14.100/US$ hingga Rp 14.090/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.050/US$.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201123084230-17-203798/sudah-8-pekan-rupiah-tak-melemah-hati-hati-profit-taking"