Posted on: Thursday, November 12, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.070/US$ pada perdagangan Rabu kemarin (11/11) setelah membukukan penguatan 6 hari beruntun.
Selain aksi ambil untung, rupiah juga tersandung data penjualan ritel Indonesia
Selama menguat dalam 6 hari terakhir total sebesar 4%, yang tentunya menggiurkan untuk mencairkan cuan (profit taking).
Sementara itu, data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY). Meski membaik dari bulan sebelumnya kontraksi 9,2% YoY, tetapi penjualan ritel Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun.
Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (12/11/2020), rupiah berisiko mengalami tekanan lagi, melihat indeks dolar AS yang terus menanjak. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini naik 0,32%, dan dalam 3 hari terakhir tercatat melesat 0,88%.
Pelaku pasar melihat prospek bangkitnya perekonomian AS setelah adanya vaksin virus corona dari Pfizer yang dikatakan efektif menangkal virus hingga lebih dari 90%.
Kabar vaksin dari Pfizer tersebut sebenarnya menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah pada Selasa lalu, sebelum mulai diterpa profit taking sejak kemarin, dan ada risiko berlanjut hari ini.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang bisa diperhatikan, sebab pelemahan rupiah masih tertahan resisten terdekat di Rp 14.080/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah Kemudian rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.080/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$.
Sementara support terdekat berada di level Rp 14.050/US$, jika dilewati rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.020/US$ hingga ke level psikologis Rp 14.000/US$.
Rupiah berpeluang menguat lebih jauh jika mampu melewati level psikologis tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201112081656-17-201218/dolar-as-mulai-galak-lagi-rupiah-bakal-lanjut-koreksi"