Posted on: Tuesday, October 27, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah membukukan penguatan 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.630/US$ pada perdagangan Senin kemarin.
Hari ini, Selasa (27/10/2020) menjadi perdagangan terakhir di pekan ini, sebab pasar akan libur selama 3 hari mulai besok, sehingga jika kembali menunjukkan kinerja positif, rupiah akan membukukan penguatan 5 pekan bertuntun.
Hingga pekan lalu, rupiah diam-diam sudah membukukan penguatan 4 pekan beruntun.
Reli yang cukup panjang tetapi tidak begitu terlihat sebab penguatan rupiah tipis-tipis saja. Total, selama 4 pekan tersebut rupiah membukukan penguatan 1,31%, dengan penguatan terbesar terjadi di pekan yang berakhir 9 Oktober, sebesar 1,05%.
Tantangan untuk melanjutkan reli tersebut cukup berat, meski masih belum tertutup.
Sentimen pelaku pasar hari ini sedang memburuk akibat Saat sentimen pelaku pasar memburuk, aset berisiko dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan cenderung dihindari.
Memburuknya sentimen pelaku pasar tercermin dari bursa saham AS (Wall Street) yang terjun bebas kemarin, indeks Dow Jones ambrol lebih dari 2%, mencatat hari terburuk sejak awal September.
Selain itu, ketika pasar dalam negeri libur nanti, AS akan merilis data produk domesktik bruto (PDB) AS yang diprediksi tumbuh hingga 31,9%, Artinya Negeri Paman Sam akan lepas dari resesi setelah 2 kuartal sebelumnya PDB berkontraksi 31,4% dan 5%.
Kemudian pekan depan akan ada pemilihan presiden (pilpres) AS pada 3 November waktu setempat, yang tentunya memberikan ketidakpastian di pasar. Kemudian masalah stimulus fiskal di AS yang sepertinya tidak akan cair sebelum pilpres selesai. Serta data PDB Indonesia kuartal III-2020 yang akan dirilis pekan depan, dan menunjukkan seberapa dalam resesi yang terjadi.
Faktor-faktor tersebut membuat pelaku pasar sepertinya akan menahan diri atau wait and see, sehingga kurang menguntungkan bagi rupiah.
Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Descending Triangle. Dengan batas bawah berada di kisaran Rp 14.600/US$.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian sudah mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang mulai keluar dari wilayah setidaknya mengurangi tekanan bagi rupiah.
Ruang penguatan rupiah terbuka ke bawah bawah Descending Triangle Rp 14.600/US$. Jika level tersebut mampu ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat lebih jauh.
Sementara itu resisten berada di Rp 14.660/US$, jika dilewati berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$.
Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201027083924-17-197326/mohon-dukungannya-rupiah-lagi-usaha-menguat-5-pekan-beruntun"