Posted on: Thursday, October 22, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,27% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.610/US$ pada perdagangan Rabu kemarin.
Sentimen pelaku pasar yang membaik merespons kemungkinan cairnya stimulus fiskal di AS pekan ini menopang penguatan rupiah.
Stimulus fiskal (seandainya cair) memberikan pukulan ganda bagi dolar AS. Pertama, jumlah uang yang beredar di perekonomian akan meningkat, secara teori nilai tukar dolar menjadi melemah.
Yang kedua, stimulus tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, perekonomian AS diharapkan bisa segera bangkit. Saat sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi tidak menarik.
Perundingan antara Nancy Pelosi, Ketua DPR (House of Representatif) dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin yang membahas stimulus tersebut masih berlangsung, dan perkembangannnya akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (22/10/2020).
Jika tanda-tanda cairnya stimulus tersebut semakin dekat, maka rupiah berpeluang kembali berjaya. Tetapi sebaliknya, jika malah buntu lagi, maka dolar AS berotensi "ngamuk".
Selain itu, ada juga kabar yang membuat sentimen pelaku pasar sedikit memburuk. Iran dan Rusia dikabarkan ikut campur dalam pemilihan presiden (Pilpres) yang akan dihelat pada 3 November mendatang.
Keduanya dikatakan memiliki informasi data warga Amerika Serikat yang terdaftar sebagai pemilih, serta berusaha mempengaruhi publik.
"Iran dan Rusia sudah berusaha mempengaruhi opini public terkait pemilihan presiden kita," kata direktur Intelegen Nasional, John Ratcliffe, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ratcliffe mengatakan telah mendapat konfirmasi jika Iran dan Rusia memiliki data daftar para pemilih. Data tersebut bisa digunakan untuk memberikan informasi palsu yang dapat memicu kebingungan, kerusuhan dan kepercayaan terhadap demokrasi Amerika Serikat.
Secara khusus Ratcliffe mengatakan Iran telah mengirim email yang dirancang untuk mengintimidasi pemilihan, memicu kerusuhan, serta merusak nama Presiden Donald Trump.
Secara teknikal, rupiah berhasil mengakhiri perdagangan Rabu di bawah level Rp 14.640/US$ yang bisa membawa rupiah berlari kencang.
Level tersebut merupakan Neckline dari pola Double Top yang terbentuk sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.
Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ dalam jangka menengah.
Indikator stochastic pada grafik harian akhirnya masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang masuk ke wilayah jenuh jual berisiko membatasi penguatan rupiah hingga memicu koreksi. Tetapi jika momentum pergerakan sedang kuat, Stochastic bisa tertahan di wilayah oversold dalam waktu yang lama.
Sementara itu resisten terdekat di kisaran Rp 14.640/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$.
Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201022083424-17-196198/sudah-di-bawah-rp-14640-rupiah-bakal-lari-kencangwusss"