Corporate Action

 

Kalau Rupiah Hari ini Menguat, Terima Kasihnya ke China ya..

Posted on: Monday, October 19, 2020

 

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu.

Tidak ada pergerakan besar rupiah dalam 5 hari perdagangan pekan lalu. Bank Indonesia (BI) yang memprediksi transaksi berjalan (current account) akan mencetak surplus di kuartal III-2020 menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Transaksi berjalan pada kuartal III-2020 diperkirakan akan mencatat surplus. Dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum cukup kuat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usar Rapat Dewan Gubernur Periode September 2020, Selasa (13/10/2020).

Jika terwujud maka akan menjadi surplus pertama sejak kuartal IV-2011.

Dengan surplus transaksi berjalan, artinya pasokan devisa cukup besar yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Sementara pada hari ini, Senin (19/10/2020), China bisa jadi akan membawa rupiah kembali ke zona hijau.

China akan merilis data pertumbuhan ekonomi pagi ini, yang kemungkinan menunjukkan pemulihan V-shape setelah merosot di kuartal I-2020 lalu. Berdasarkan data dari Refinitiv, ekonomi China diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3,2% YoY.

Melesatnya pertumbuhan ekonomi China tersebut dapat memberikan gambaran perekonomian bisa segera bangkit setelah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan, yang tentunya menjadi sentimen positif di pasar. Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka aset berisiko dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan kembali diburu pasar.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan meski rupiah membukukan penguatan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah. Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum masuk wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan bagi rupiah.

Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.

Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ dalam jangka menengah.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke level kunci Rp 14.730/US$. Rupiah berisiko semakin tertekan seandainya level tersebut juga dilewati.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201019083856-17-195276/kalau-rupiah-hari-ini-menguat-terima-kasihnya-ke-china-ya"