Posted on: Monday, October 12, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencatat pekan sempurna alias membukukan penguatan 5 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) minggu lalu. Selama periode tersebut, total rupiah rupiah menguat 1,05%, dan berada di level Rp 14.675/US$.
Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin pekan lalu, menjadi pemicu penguatan rupiah dari dalam negeri.
UU Ciptaker dianggap dapat memperbaiki iklim investasi di dalam negeri, sehingga bisa menarik capital inflow yang besar. Saat itu terjadi, rupiah tentunya akan menjadi perkasa. Ekspektasi capital inflow tersebut menjadi penopang penguatan rupiah.
Sementara itu dolar AS memang sedang lesu akibat ekspektasi cairnya stimulus fiskal di AS, yang membuat sentimen pelaku pasar membaik dan dolar AS menjadi kurang menarik. Selain itu, ketika stimulus fiskal cair maka jumlah dolar AS yang beredar menjadi lebih banyak, nilainya pun akan melemah.
Sementara pada hari ini, Senin (12/10/2020), sentimen positif datang dari dilonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta. Meski demikian, setelah menguat 1% lebih pada pekan lalu, perjuangan untuk rupiah kembali menguat pada hari ini tidak akan mudah. Sebab, sentimen pelaku pasar kurang bagus pagi ini yang terlihat dari pelemahan bursa saham Asia, serta indeks Wall Street futures.
Pelaku pasar saat ini sedang mengamati perkembangan pergerakan yuan China, setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menerapkan kebijakan yang berpotensi melemahkan nilai tukar mata uangnya.
Langkah tersebut bisa jadi memicu ketegangan lagi dengan Amerika Serikat, pada tahun lalu AS menyebut China sebagai manipulator mata uang setelah mendepresiasi nilai tukar yuan hingga ke level terlemah dalam satu dekade terakhir.
Sentimen pelaku pasar yang kurang bagus tentunya berisiko memicu aksi ambil untung (profit taking) ke rupiah yang sudah menguat lebih dari 1% pada pekan lalu.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang jauh dari wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan yang lebih besar bagi rupiah.
Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.
Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke level kunci Rp 14.730/US$. Rupiah akan merana pada hari ini seandainya level tersebut juga dilewati.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201012083842-17-193545/rupiah-pekan-lalu-sempurna-hari-ini-bakal-merana"