Corporate Action

 

"Duet" Biden-Pfizer Bisa Bawa Rupiah ke Rp 13.800/USD!

Posted on: Tuesday, November 10, 2020

 

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam 0,99% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.050/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 22 Juni lalu.

Pada perdagangan hari ini, Selasa (10/11/2020) rupiah berpeluang besar kembali ke level Rp 13.000an/US$ sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya merespon kabar vaksin virus corona dari Pfizer.

Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020)

"Dengan berita hari ini kami sudah makin dekat untuk menyediakan vaksin kepada masyarakat di seluruh dunia, dan diharapkan bisa membantu mengakhiri krisis kesehatan dunia," ungkap Bourla.

Kedua perusahaan tersebut berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada Food and Drug Administration (FDA) AS pada pekan ketiga November 2020.

Kabar tersebut memunculkan harapan hidup akan segera kembali normal, roda bisnis perlahan kembali berputar, dan perekonomian segera bangkit. Alhasil, aset-aset berisiko langsung melesat, bursa saham Eropa dan AS menguat tajam, beberapa bursa Asia yang sudah buka pagi ini juga menghijau.

Rupiah menjadi punya modal tambahan untuk terus melaju kencang setelah sebelumnya ditopang hasil pemilihan presiden AS melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.

Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.

Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah.

Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal yang membuat rupiah perkasa.

Terbukti, data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung kemarin, tercatat Rp 189 miliar.

Secara teknikal, rupiah kini bergerak jauh di bawah Kemudian rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Hal tersebut memberikan momentum penguatan yang cukup besar, sehingga Mata Uang Garuda berpotensi terus melaju.

Level psikologis Rp 14.000/US$, menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah berpotensi menguat ke Rp 13.935 hingga 13.900/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 13.810/US$ di pekan ini.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.080/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201110083157-17-200571/duet-biden-pfizer-bisa-bawa-rupiah-ke-rp-13800-us-"