Posted on: Thursday, November 5, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.540/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 5 Agustus lalu.
Pada hari ini, Kamis (5/10/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 pukul 11:00 WIB yang akan menunjukkan resesi Indonesia untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir.
Resesi sudah pasti, seberapa dalam kontraksi ekonomi yang masih menjadi misteri. Kementerian Keuangan Indonesia memproyeksikan minus 2,9% year-on-year (YoY) hingga minus 1% YoY. Sementara Presiden Joko Widodo mengatakan kemungkinan minus sekitar 3%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan produk domestic bruto (PDB) tersebut minus 3,13% YoY pada periode Juli-September 2020.
Kemudian secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), PDB diperkirakan tumbuh positif pada kuartal III-2020. Bahkan cukup tinggi yaitu mencapai 5,6%.
Meski resesi, bukan berarti rupiah akan tertekan pada hari ini. Pelaku pasar sudah memaklumi terjadinya resesi, sebab banyak negara mengalaminya. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) memaksa pemerintah untuk melakukan pembatasan aktivitas warganya hingga karantina (lockdown) guna meredam penyebarannya, Sektor ekonomi dikorbankan demi kesehatan, tetapi seiring berjalannya waktu ekonomi dan kesehatan mulai berjalan beriringan.
Melihat prediksi pemerintah, dan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, kontraksi PDB sekitar 3% bisa dijadikan acuan, jika jauh lebih buruk dari itu, pasar bisa merespon negatif. Artinya pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat dari perkiraan, dan peluang untuk bangkit di penghujung tahun ini menjadi terhambat.
Sebaliknya, jika jauh lebih baik dari minus 3%, pasar berpotensi merespon positif.
Sementara itu dari eksternal, sentimen pelaku pasar sedang bagus yang tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) dalam 3 hari beruntun hingga Rabu waktu setempat, padahal hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) masih belum jelas siapa pemenangnya.
Berdasarkan data dari NBC News, hingga pagi ini, Joe Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Donald Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.
Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR berhasil menembus batas pola Descending Triangle di kisaran Rp 14.600/US$.
Dengan demikian, rupiah berpotensi melesat lebih jauh. Tinggi pola Descending Triangel tersebut sebesar Rp 235. Sehingga setelah menembus batas bawah rupiah berpeluang menguat setara dengan tinggi pola tersebut, artinya ada potensi ke Rp 14.365/US$ dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang oversold berisiko memicu koreksi rupiah.
Jika kembali ke atas 14.600/US%, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$, jika dilewati target selanjutnya menuju Rp 14.700/US$.
Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201105084031-17-199396/tak-peduli-indonesia-resesi-rupiah-siap-terbang-tinggi"