Posted on: Wednesday, November 4, 2020
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,38% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.570/US$ pada Selasa kemarin (3/11/2020). Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 1 September.
Sentimen pelaku pasar yang membaik yang tercermin dari reli bursa saham global menjadi penopang penguatan rupiah. Sebab, saat sentimen membaik, maka aliran modal akan masuk ke dalam negeri.
Rupiah berpeluang menguat lebih jauh pada perdagangan hari ini, Rabu (4/11/2020), seandainya Joseph 'Joe' Biden memenangi pemilihan presiden di AS melawan petahana Donald Trump.
Hasil riset JP Morgan yang dirilis pada 29 Oktober lalu juga menunjukkan pasar saham maupun mata uang negara-negara emerging market akan diuntungkan jika Biden menjadi orang nomor 1 di Negeri Paman Sam. Sebab kebijakan perdagangan yang diambil dikatakan kurang impulsif.
Kemudian, dari segi stimulus fiskal, Biden tentunya akan menggelontorkan dengan nilainya lebih besar ketimbang Trump dan Partai Republik.
Nancy Pelosi, ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.
Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Belum lagi jika Indonesia kecipratan capital inflow akibat stimulus tersebut, tentunya rupiah akan semakin perkasa.
Secara teknikal, pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR berhasil menembus batas pola Descending Triangle di kisaran Rp 14.600/US$.
Dengan demikian, rupiah berpotensi melesat lebih jauh. Tinggi pola Desending Triangel tersebut sebesar Rp 235. Sehingga setelah menembus batas bawah rupiah berpeluang menguat setara dengan tinggi pola tersebut, artinya ada potensi ke Rp 14.365/US$ dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Jika kembali ke atas 14.600/US%, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$, jika dilewati target selanjutnya menuju Rp 14.700/US$.
Resisten kuat ada di Level Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber: "https://www.cnbcindonesia.com/market/20201104083537-17-199126/rupiah-bakal-kesetanan-target-tembus-rp-14365-us-"